Pemesanan Produk Oriflame :
Hubungi saya, NIKEN via SMS/Whatsapp Msg di 085643172023, Telp : 08885210403

Cara Order : SMS kan nama atau kode barang dan jumlah beserta alamat pengiriman. Jumlah total pembayaran termasuk ongkir akan diinformasikan.

Barang yang dipesan akan dikirim sesuai alamat yang anda berikan setelah melakukan transfer melalui rek BCA.

Harga berubah sesuai Katalog terbaru.

#KELUHAN TENTANG PEMAKAIAN PRODUK YANG DIBELI SELAINDAI BLOG, SILAHKAN DITUJUKAN KE COSTUMER CARE ORIFLAME CABANG TERDEKAT

Saturday, 3 May 2008

KONSISTENSI SANG PEMIMPI

Berhenti bercita – cita adalah tragedi terbesar dalam hidup manusia
( Andrea Hirata )

Dulu saya mengira pemimpi dan pengkhayal itu sama, namun setelah saya membaca buku karya Andrea Hirata “Sang Pemimpi”, saya jadi mulai paham bahwa antara pemimpi dan pengkhayal itu berbeda,setidaknya dari segi konsistensinya.
Sang Pemimpi akan tetap bermimpi hal yang serupa ( konsisten ) dan berupaya keras untuk mencapainya, sedangkan pengkhayal hanya sampai pada taraf mengkhayal dan mengasihi dirinya sendiri tanpa berbuat sesuatu untuk meraih apa yang dikhayalkannya. Misalnya pengen lulus ujian jadi juara satu namun malas belajar, pengen gaji gede tapi males kerja, pengen kaya tapi tidak mau berusaha.
Impian yang sederhana kadangkala bisa menjadi semacam dopping untuk orang – orang yang minus kemampuan dan dia jadi berpikir bagaimana dengan modal kecil bisa mendapat hasil yang sebesar – besarnya. Karena mimpi – mimpi pula, Honda menciptakan kendaraan – kendaraan hemat energi yang berkualitas untuk masa kini dan masa depan, maka slogannya pun tak pernah saya lupa, The Power of Dream.
Dalam novel trilogi kedua Andrea Hirata yang berjudul “Sang Pemimpi” ada kata – kata penyemangat yang diucapkan oleh tokoh Arai, seorang yatim piatu yang dijuluki sebagai simpai keramat, karena hanya dialah satu – satunya orang yang tersisa dari klan keluarganya. Waktu itu dia berkata pada Ikal yang putus asa dan pesimis memandang hidupnya, dia berkata “Orang – orang seperti kita tak punya apa – apa kecuali semangat dan mimpi – mimpi, dan kita akan bertempur habis – habisan demi mimpi – mimpi itu.
Dan setelah itu Ikal kembali menjadi seorang optimis memandang kekurangan hidup mereka yang justru harus ditebus dengan belajar dan kerja keras demi cita – cita mereka bersekolah di Sorbonne Perancis. Energi mereka bukan berasal dari singkong rebus, nasi dan sekedar lauk sederhana yang mereka makan, namun lebih dari itu ada sumber energi yang jauh lebih dahsyat, mimpi – mimpi mereka. Mimpi – mimpi yang mampu membuat mereka bangun di pagi buta untuk bekerja mengangkut ikan demi membiayai sekolah mereka dan membantu keluarga lalu setelah itu belajar di sekolah. Memang benar, mereka tidak punya banyak harta, atau banyak akses untuk menikmati hidup, namun karena keterbatasan itulah yang membuat mereka berjuang dengan penuh semangat.
Kata – kata Arai yang lain yang menghentak pemikiran saya adalah, “Jangan mendahului nasib”, maksudnya berusaha dulu setelah itu baru tawakal ( menerima ). Selama ini kebanyakan kita yang pesimis selalu berprasangka buruk kepada Tuhan, padahal apa yang diberikan oleh Tuhan adalah apa yang kita harapkan.
Sebuah buku yang bisa memberi pencerahan bagi pembacanya agar tak berkecil hati dengan segala kekurangan dan keterbatasan. Karena Tuhan tahu apa yang terbaik untuk kita dan Dia menunggu saat yang tepat untuk diberikan kepada kita.
Satu pelajaran moral yang bisa saya ambil dari buku tersebut adalah meski serba terbatas dan kekurangan namun mereka tak lupa untuk membantu sesama. Cerita Arai dan Ikal yang memberikan uang tabungan mereka untuk Cik Maryamah agar bisa berjualan kue dan hidup mandiri tanpa harus berhutang ke sana kemari sangat menyentuh hati saya. Tak perlu menunggu untuk jadi kaya agar bisa membantu orang lain.
Ada satu lagi yang membuat saya teringat dengan masa kecil saya dulu, konsistensi mereka menabung rupiah demi rupiah hasil kerja mereka sebagai kuli pengangkut hasil ikan dari laut ke pasar. Tokoh Jimbron salah satunya, dia mungkin adalah seorang yang tidak terlalu pintar, kalau berbicara gagap dan polos sekali namun saya mengagumi konsistensinya menabung dan cara berpikirnya yang simpel yang kadang – kadang tak terpikirkan oleh empunya otak cerdas. Waktu itu dia membeli dua celengan kuda besar dan membagi rata penghasilannya yang tidak seberapa ke dalam dua celengan itu yang ternyata kemudian diberikan kepada Arai dan Ikal untuk bekal mereka melanjutkan pendidikan di Pulau Jawa atau akal bulusnya untuk bisa masuk ke gedung bioskop bersama Arai dan Ikal tanpa ketahuan guru mereka Pak Mustar dengan meniru kebiasaan orang bersarung, salah satu komunitas yang tinggal di Belitong dan memiliki kebiasaan berkemul sarung menutupi wajah. Walau akhirnya kepergok juga atas laporan penjual jagung yang biasa mangkal di depan gedung bioskop.
Tidak banyak buku yang selain bercerita namun mampu memberikan pencerahan bagi pembacanya tanpa perlu mengumbar sensasi berlebihan, tanpa menggunakan bahasa yang bombastis mengumbar teori berbuih - buih. Buku – buku Andrea Hirata memang bersahaja namun sarat makna, ada banyak pelajaran moral yang dapat diambil ketika membacanya. Tak ada sensasi sensual yang diumbar sebagaimana halnya buku – buku yang pernah ngetrend diawal milenium ini yang sempat menjadi best seller. Saya menyukainya karena cerita – cerita dalam buku – buku Andrea Hirata sering membuat saya teringat dengan beragam kenangan masa kecil saya seperti halnya ketika saya menggemari buku – buku karya NH. Dini. Orang – orang boleh menuduh saya kurang intelek dan kekanakan dengan membaca buku – buku tersebut, namun saya butuh sesuatu yang fresh, butuh pencerahan diantara beragam masalah, tidak teoritis dan dogmatis bagaimana menjalani hidup yang tak mudah, buku dengan humor - humor cerdas bukan bacaan berat macam politik dan pergerakan bawah tanah yang membuat kepala makin mumet. Andrea Hirata seolah mengobati kerinduan saya akan cerita pengalaman – pengalaman masa kecil yang polos namun justru bisa memberikan inspirasi, termasuk memberi saya inspirasi menulis. Setelah NH. Dini dan Arswendo, saya menemukan ‘oase’ baru , sekarang setelah membaca buku – buku Andrea Hirata. Satu lagi yang sangat saya suka, bahasanya yang sederhana, mengalir seperti air namun kadangkala dahsyat menghentak dan tidak nge-pop dengan istilah – istilah lu, gue dan capeekk deh........yang sering bikin saya neg.
Sekarang saya tengah memelihara konsistensi menulis ditengah kesibukan bekerja dan mengurus keluarga. Karena hanya impian itu yang saya punya dan saya akan mewujudkannya dengan kerja keras, selalu belajar, dan banyak membaca, selebihnya adalah tangan Tuhan yang akan menentukan.

No comments: