Kahlil Gibran pernah berkata, kita tak akan pernah tahu betapa kita sangat mencintai seseorang sebelum kita kehilangan dia. Saya memang terlalu sering kehilangan, sejak kecil. Mulai dari kehilangan kedua orang tua ketika saya baru berusia 4 tahun, nenek, kakek, paman dan teman - teman. Namun tak ada yang seberat saya rasakan ketika saya kehilangan putri saya tercinta Fitria Jenie. Orang lain mungkin bilang saya perempuan tangguh yang terlihat tegar ketika harus mengurus pemakaman putri saya yang baru berusia 17 bulan, namun saya tetap seorang ibu yang kadang kala belum bisa menerima kepergiannya yang terlalu cepat. Saya masih ingin bersamanya, mengasuhnya, melihatnya tumbuh dewasa seperti ibu – ibu yang lain. Saya suka mengamati Grace yang baru berusia 1,5 tahun, putri tetangga sebelah sedang belajar berjalan dan berbicara.
Terlalu singkat rasanya saya mengasuhnya, bahkan mungkin tak sebanyak waktu yang dihabiskan oleh Fitri bersama pembantu saya. Kadangkala saya merasa iri dengannya, saya yang mengandung dan melahirkannya, namun putri saya lebih banyak menghabiskan waktunya bersama orang lain.
Namun saya juga bersyukur, meski kehadiran Fitri terlalu singkat, dia telah membuat saya sadar akan banyak hal, termasuk untuk menghabiskan waktu lebih banyak dengan orang – orang tercinta karena kita tidak pernah tahu sampai kapan kita mendapat kesempatan untuk melihat dan bersamanya.
Saya masih sering memimpikannya dan seolah –olah itu kenyataan, saya masih bisa merasakan kehadirannya di rumah, saya masih bisa mencium bau bedak dan sabun bayi, masih melihat beberapa mainannya, bahkan fotonya masih saya pajang. Saya masih sering merasa bersalah karena tak bisa memberikan yang terbaik untuknya, dengan sakitnya yang berat kadang – kadang saya merasa terbebani karena harus membagi waktu antara bekerja dan merawatnya. Saya sangat menyayanginya karena hanya Fitri yang bisa menghibur ketika saya merasa suntuk dengan pekerjaan, dengan teman – teman yang kadang menjengkelkan, atau ketika saya kesepian saat suami jauh dari rumah. Kadang – kadang saya memang curhat dengan beberapa sahabat, namun saya menyadari bahwa mereka pun sebenarnya juga memiliki banyak masalah, egois rasanya kalau saya selalu meminta perhatian dan waktu mereka.
Rasanya saya ingin berteriak, mau gila saja. Suatu sore ketika saja mengunjungi makam Fitri dan berdoa untuknya, saya merasa dada saya penuh, antara ingin menangis dan berteriak, tapi yang saya lakukan hanya terdiam, bengong. Lalu tiba – tiba saya seperti merasa kehadiran Fitri di samping saya, menggenggam tangan saya dan berkata bahwa saya harus kuat meraih cita – cita dan keinginan saya untuk tetap menulis. Saya memang absen lama tidak meng-up date blog saya, merasa patah semangat. Seolah Fitri berkata, bahwa kepergiannya adalah memberi kesempatan kepada saya untuk menjadi seseorang yang lebih baik, lebih sabar, lebih dekat dengan Tuhan dan mengingatkan akan cita – cita saya yang sempat tertunda. Fitri, saat nanti kita bertemu di akhirat, apakah kamu masih mengingat saya sebagai ibumu ?
Soul therapy, itu judul blog saya yang baru, karena saya memang memerlukan menulis untuk menyembuhkan semua luka jiwa saya. Saya hanya ingin berbagi tanpa berkesan terlalu mengeluh karena saya juga tahu bahwa hidup itu berat dan tak mudah, maka curhat saya pun berganti media, sekaligus barangkali bisa menjadi pencerahan bagi yang membacanya. Saya memang telah kehilangan namun sekaligus saya juga menemukan.
Untuk para sahabat, jangan pernah menunda untuk mengungkapkan kasih sayang kalian pada mereka yang anda kasihi dan sayangi. Karena waktu tak akan pernah bisa kembali.
Terlalu singkat rasanya saya mengasuhnya, bahkan mungkin tak sebanyak waktu yang dihabiskan oleh Fitri bersama pembantu saya. Kadangkala saya merasa iri dengannya, saya yang mengandung dan melahirkannya, namun putri saya lebih banyak menghabiskan waktunya bersama orang lain.
Namun saya juga bersyukur, meski kehadiran Fitri terlalu singkat, dia telah membuat saya sadar akan banyak hal, termasuk untuk menghabiskan waktu lebih banyak dengan orang – orang tercinta karena kita tidak pernah tahu sampai kapan kita mendapat kesempatan untuk melihat dan bersamanya.
Saya masih sering memimpikannya dan seolah –olah itu kenyataan, saya masih bisa merasakan kehadirannya di rumah, saya masih bisa mencium bau bedak dan sabun bayi, masih melihat beberapa mainannya, bahkan fotonya masih saya pajang. Saya masih sering merasa bersalah karena tak bisa memberikan yang terbaik untuknya, dengan sakitnya yang berat kadang – kadang saya merasa terbebani karena harus membagi waktu antara bekerja dan merawatnya. Saya sangat menyayanginya karena hanya Fitri yang bisa menghibur ketika saya merasa suntuk dengan pekerjaan, dengan teman – teman yang kadang menjengkelkan, atau ketika saya kesepian saat suami jauh dari rumah. Kadang – kadang saya memang curhat dengan beberapa sahabat, namun saya menyadari bahwa mereka pun sebenarnya juga memiliki banyak masalah, egois rasanya kalau saya selalu meminta perhatian dan waktu mereka.
Rasanya saya ingin berteriak, mau gila saja. Suatu sore ketika saja mengunjungi makam Fitri dan berdoa untuknya, saya merasa dada saya penuh, antara ingin menangis dan berteriak, tapi yang saya lakukan hanya terdiam, bengong. Lalu tiba – tiba saya seperti merasa kehadiran Fitri di samping saya, menggenggam tangan saya dan berkata bahwa saya harus kuat meraih cita – cita dan keinginan saya untuk tetap menulis. Saya memang absen lama tidak meng-up date blog saya, merasa patah semangat. Seolah Fitri berkata, bahwa kepergiannya adalah memberi kesempatan kepada saya untuk menjadi seseorang yang lebih baik, lebih sabar, lebih dekat dengan Tuhan dan mengingatkan akan cita – cita saya yang sempat tertunda. Fitri, saat nanti kita bertemu di akhirat, apakah kamu masih mengingat saya sebagai ibumu ?
Soul therapy, itu judul blog saya yang baru, karena saya memang memerlukan menulis untuk menyembuhkan semua luka jiwa saya. Saya hanya ingin berbagi tanpa berkesan terlalu mengeluh karena saya juga tahu bahwa hidup itu berat dan tak mudah, maka curhat saya pun berganti media, sekaligus barangkali bisa menjadi pencerahan bagi yang membacanya. Saya memang telah kehilangan namun sekaligus saya juga menemukan.
Untuk para sahabat, jangan pernah menunda untuk mengungkapkan kasih sayang kalian pada mereka yang anda kasihi dan sayangi. Karena waktu tak akan pernah bisa kembali.
No comments:
Post a Comment