Pemesanan Produk Oriflame :
Hubungi saya, NIKEN via SMS/Whatsapp Msg di 085643172023, Telp : 08885210403

Cara Order : SMS kan nama atau kode barang dan jumlah beserta alamat pengiriman. Jumlah total pembayaran termasuk ongkir akan diinformasikan.

Barang yang dipesan akan dikirim sesuai alamat yang anda berikan setelah melakukan transfer melalui rek BCA.

Harga berubah sesuai Katalog terbaru.

#KELUHAN TENTANG PEMAKAIAN PRODUK YANG DIBELI SELAINDAI BLOG, SILAHKAN DITUJUKAN KE COSTUMER CARE ORIFLAME CABANG TERDEKAT

Wednesday 28 May 2008

Let’s go green ( with sanseviera )

Tahukah anda salah satu cara mengurangi dampak global warming ? Yap, selain mengurangi penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil dan mengurangi volume sampah plastik ( dan barang – barang yang susah terurai ), anda bisa melakukan salah satu cara sederhana, menanam pohon. Karena pohon yang ditanam di sekitar lingkungan anda bisa menyerap gas beracun karbondioksida.
Bila anda tak punya cukup lahan untuk bertanam, maka tanaman yang mungil dan tidak banyak makan tempat serta tidak memerlukan perawatan yang terlalu rumit adalah pilihan yang terbaik.
Pada tahun 2001, sebuah penelitian pernah dilakukan oleh Dr. Ir. Nizar Nasrullah MAgr dari Departemen Arsitektur Lanskap Faperta IPB bahwa pohon berdaun jarum mampu menyerap gas beracun , meliputi debu dan timbal tertinggi.Contohnya cemara kipas dan pinus.Cemara Kipas mampu menyerap debu sebanyak 165,6 ug/g dan 3,27 mg/g timbal, sedangkan pinus mampu menyedot debu sebanyak 151,9 ug/g dan timbal 3,25 mg/g.
Tanaman berdaun besar, kasar dan berbulu memiliki daya serap lebih kecil bila dibandingkan dengan jenis tanaman berdaun jarum seperti mahoni dan meranti merah.
Dari penelitian yang pernah dilakukan oleh NASA tentang tanaman indoor penyerap polutan, muncul beberapa jenis tanaman yang mampu menyerap racun di udara dalam ruangan. Aglaonema modestum efektif menyerap benzena dan toluen. Anggrek dendrobium juga tak kalah ampuh menyerap senyawa beracun seperti aseton, amonia, khloroform, etil asetat, metil alkohol, formadehid dan xylene. Euphorbia pulcherrima baik untuk menyerap jenis racun formadehid, sedangkan sanseviera trifasciata laurentii efektif menyerap benzena, formadehid dan trichloroethylen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa enzim dalam daun menguraikan senyawa beracun yang bisa dimanfaatkan oleh tanaman. ( sumber majalah Fiona edisi Mei 2008 ).
Dari varian sanseviera yang ada, pilihan saya jatuh jenis sanseviera dengan gaya bonsai karena unik dan menarik bila dipajang di atas meja atau di dekat komputer kantor. Hampir semua spesies sanseviera ditemukan berasal dari negara Afrika Timur, Arab, India Timur, Asia Selatan dan Pakistan. Habitat asli tanaman ini secara geografis termasuk daerah tropis kering yang memiliki iklim yang panas atau di daerah pegunungan dengan curah hujan yang rendah ( Harian Suara Merdeka –On Line )
Media tanamnya bisa basah berupa tanah, atau kering dengan menggunakan arang, akar pakis dan batu apung sebagai pengganti tanah ( sering disebut sebagai terarium ).
Sanseviera juga dipercaya mengandung antioksidan yang mampu menyerap udara kotor dengan baik bahkan lebih baik daripada tanaman biasa sehingga tanaman ini disebut sebagai tanaman antipolutan, Sanseviera merupakan tanaman yang bisa menyerap dan mengolah polutan menjadi asam organik dan beberapa asam amino. Sangat baik bila diletakkan dalam ruangan rumah dan kantor karena mampu menyerap asap rokok dan meredam bau ( Agus Dwi kartiko, Majalah Fiona edisi Mei 2008 ).
Anda bisa memilih menanam sanseviera berdaun panjang yang lazim disebut tanaman pedang – pedangan baik di dalam maupun di luar rumah. Untuk menjadi penghias ruangan atau meja kerja, mungkin jenis bonsai lebih tepat karena selain tidak terlalu memakan tempat juga karena unsur keindahannya. Ruangan di sekitar anda pun menjadi sehat karena zat – zat beracun yang dilepaskan mampu diserap dengan baik oleh tanaman sanseviera dan menjadi indah dengan bentuknya yang unik.
Berminat memilikinya ? Bisa menghubungi saya di psw 08123121713 atau via email di
nawangtri77@gmail.com. Harga sanseviera dengan gaya bonsai seperti yang ada dalam gambar saya jual mulai seharga 10 ribu rupiah tergantung besar kecil tanaman.

Saturday 3 May 2008

Fishing For Fun










She's the best fish catcher ever, my friend Atsuko from Japan.
Satu lagi obat stres, mancing ikan. Setahu saya sih, yang namanya kegiatan mancing tuh setelah masang umpan lalu duduk diem tak bergerak seperti pertapa menunggu wangsit. Buat beberapa orang, mancing bisa menjadi kegiatan yang menyenangkan menghilangkan stres, tapi untuk orang seperti saya yang tidak bisa duduk diem, bisa jadi tambah stres. Lebih stres lagi ketika suatu saat saya mencoba mancing ternyata si ikan cuma mencaplok umpan saya lalu berhasil melarikan diri lepas dari kail.
Salah seorang kenalan saya asal Jepang hobinya mancing, uniknya, tiap kali dia mendapat ikan, ikan tersebut dia lepaskan lagi. Saya kasihan saja sama si ikan, udah bibirnya luka kena kail eh dilepas lagi. Karena hobi, hampir tiap weekend dia meng-eksplore semua sungai di seputar Tochigi Prefektur yang nyaris bebas polusi dan beberapa memang sengaja digunakan untuk memelihara ikan, memenuhi hobi sebagian orang Jepang memancing. Kalau lagi libur panjang, dia pulang ke kampung halamannya di dekat Kyoto dan mancing di danau Biwa. Beberapa kali dia mengirimkan foto ikan hasil tangkapannya kepada saya. Bahkan saat musim dingin sekalipun dia masih bela – belain mencari sungai yang airnya tidak membeku dan pergi mancing di udara yang dingin sekira 4 derajat celcius bahkan di bawah nol.


Ada yang suka ? Jangan lupa, saat mancing harap tidak sambil melamun agar tidak kesambit atau kesurupan lelembut penjaga sungai. Lebih asyik lagi sambil bawa ipod dan bernyanyi, lumayan si ikan akan merasa terhibur dan menyambut umpan anda. Buat yang bersuara fals dan sumbang, harap saran ini jangan diikuti dan bila sakit berlanjut segera hubungi dokter terdekat.....^^,

It’s easier to run..............

Masa kecil dulu saya suka berlari, rasanya asyik saja merasakan hembusan angin menerpa badan, lebih asyik lagi saat hujan. Seperti yang diceritakan oleh Andrea Hirata dalam bukunya “Sang Pemimpi”.

“Amboi, aku senang sekali berlari.
Aku senang berlari menerobos hujan, seperti selendang menembus tirai air berlapis – lapis
Aku tak pernah kelelahan berlari.
Tubuhku ringan, kecil dan ramping dengan rambut ikal panjang dan kancing baju yang sering tak lengkap, jika berlari aku merasa seperti orang Indian, aku merasa menjadi layangan kertas kajang berwarna – warni, aku merasa seumpama benda seni yang meluncur deras menerabas angin
( Sang Pemimpi, p :141-142 ).

Sebenarnya ada hal yang membuat saya suka berlari. Awalnya karena terpaksa. Jalan menuju sekolah yang terdekat hanya ada dua jalan, namun sayangnya di dua jalan tersebut saya selalu menemukan halangan. Jalan pertama, seorang tetangga, perjaka tua keturunan cina yang selalu iseng menggoda saya dengan menyuruh anjing cokelatnya mengejar saya. Sebenarnya anjingnya agak lucu kalau lagi duduk manis, mirip anjing Scooby Doo, tapi mendadak berubah beringas kalau saya sedang lewat di depan rumahnya padahal saya tidak pernah mengganggunya. Berdiam diri atau berlari sama saja, sang anjing akan menarik – narik rok saya. Begitulah, setiap pagi berangkat sekolah dan siang saat pulang sekolah saya terpaksa berlari sekencang – kencangnya menghindari anjing tersebut, sedangkan si pemuda cina tertawa terbahak – bahak melihat saya berlari dikejar anjingnya. Cukup menghibur.
Jalan yang kedua adalah jalan kampung, saya terpaksa berhadapan dengan kalkun yang sombong bin congkak yang selalu menghadang siapapun juga termasuk saya, yang tidak sempat berlari atau kalah cepat dari si kalkun akan merasakan patukannya yang sebenarnya ndak cukup menyakitkan namun yang lebih penting malunya ditertawakan orang sepanjang jalan karena perkampungan tersebut lumayan padat. Si kalkun merasa jalan kecil itu adalah wilayah kekuasaannya, lupa bahwa ia tidak lagi tinggal di padang rumput yang maha luas namun harus tinggal berjejal di antara manusia. Lagipula waktu itu saya masih kelas 3 SD, postur tubuh saya yang mungil buat si kalkun yang tinggi besar adalah sasaran empuk, mungkin pikirnya saya mirip burung emprit.
Dikejar unggas sebenarnya adalah hal yang sangat memalukan buat saya lebih daripada dikejar anjing Scooby Doo namun saya tak punya pilihan lain yang lebih baik. Maka saya lebih memilih jalan kedua, daripada dikejar anjing lebih baik dikejar kalkun, lagi pula setelah lama “berlatih” dikejar anjing, kecepatan lari saya sudah lumayan, cukup untuk mengalahkan si kalkun yang sombong, ditambah dengan beberapa strategi jitu menyuruk – nyuruk di rerimbunan perdu di samping jalan kampung.
Keuntungan berlatih lari bersama binatang – binatang itu setiap hari, saya menang lomba lari sprinter di kampung dan di sekolah mengalahkan teman – teman saya yang kebanyakan laki – laki.
Ketika akhirnya pemuda Cina tersebut meninggal dunia karena sakit, saya merasa agak sedikit kehilangan, anjingnya mendadak tak berselera mengejar saya padahal saya kadang – kadang masih lewat depan rumahnya, si anjing hanya terduduk lesu di samping sepeda jengki yang sering dipakai pemuda itu. Juga si kalkun yang mendadak menghilang, mungkin karena sudah disembelih pemiliknya untuk merayakan Thanksgiving. Saya masih melanjutkan hobi berlari, namun hanya joging biasa tiap Minggu pagi atau bila takut terlambat tiba di sekolah. Rasanya tidak seseru ketika saya dikejar – kejar anjing dan kalkun. Kurang menantang.
Waktu kuliah, lain lagi yang mengejar saya, seekor ular sawah yang tiba – tiba nyelonong ke koridor kampus tempat biasa saya dan teman – teman kongkow nunggu jam kuliah. Kebetulan gedung jurusan saya berkuliah berdekatan dengan sepetak sawah milik penduduk sekitar kampus. Alhasil cewek – cewek bubar begitu tahu ada seekor ular menampakkan diri di sana, yang menyebalkan, ternyata ular itu langsung menuju ke arah saya yang sudah menjerit naik ke atas pagar tembok. Sampai beberapa lama si ular masih menunggu saya di bawah dan dia tak berhasil merayap ke atas tembok, untung ada seorang teman laki – laki yang bersedia mengusir sang ular. Kata teman – teman meledek mungkin sebentar lagi saya akan dilamar orang karena katanya orang yang mimpi dikejar ular akan dilamar seorang cowok ( lah, saya kan ndak mimpi tapi beneran dikejar ular, gimana sih! )
Sampai sekarang saya masih sesekali berlari, terutama karena areal parkir tempat kerja berjarak sekitar 500 meter dari gedung tempat saya bekerja ( Technical Department ), dan perusahaan saya menyatakan kalau pada saat saya membarcode ID Card saya dan jam telah menunjukkan waktu pukul 07.00.01 maka saya telah dianggap terlambat meski hanya 1 detik ( busyeettt dah! ), padahal dulu masih ada toleransi dianggap terlambat bila lebih dari satu menit. Bahkan ketika saya barcode pada jam 06.59, saya masih ditegur atasan karena saya kok baru datang pada detik – detik terakhir. Yang menyebalkan lagi, pada sistem tersebut otomatis membuat ranking seberapa sering orang tersebut terlambat dalam satu bulan dan dapat diakses via intranet, yang artinya, semua unit di perusahaan bisa membaca siapa saja yang paling banyak terlambat bulan ini. Tidak dipotong gaji sih, cuma bonus disiplin sebesar Rp 40.000/bulan melayang dan malunya itu lho...kalau sampai dibaca teman kerja atau yang parah ditegur atasan saat meeting pagi dihadapan banyak orang. Maka berlari, sekali lagi adalah kebiasaan yang baik dan sehat sekaligus memberi pendapatan tambahan di tempat kerja saya ;-)

KONSISTENSI SANG PEMIMPI

Berhenti bercita – cita adalah tragedi terbesar dalam hidup manusia
( Andrea Hirata )

Dulu saya mengira pemimpi dan pengkhayal itu sama, namun setelah saya membaca buku karya Andrea Hirata “Sang Pemimpi”, saya jadi mulai paham bahwa antara pemimpi dan pengkhayal itu berbeda,setidaknya dari segi konsistensinya.
Sang Pemimpi akan tetap bermimpi hal yang serupa ( konsisten ) dan berupaya keras untuk mencapainya, sedangkan pengkhayal hanya sampai pada taraf mengkhayal dan mengasihi dirinya sendiri tanpa berbuat sesuatu untuk meraih apa yang dikhayalkannya. Misalnya pengen lulus ujian jadi juara satu namun malas belajar, pengen gaji gede tapi males kerja, pengen kaya tapi tidak mau berusaha.
Impian yang sederhana kadangkala bisa menjadi semacam dopping untuk orang – orang yang minus kemampuan dan dia jadi berpikir bagaimana dengan modal kecil bisa mendapat hasil yang sebesar – besarnya. Karena mimpi – mimpi pula, Honda menciptakan kendaraan – kendaraan hemat energi yang berkualitas untuk masa kini dan masa depan, maka slogannya pun tak pernah saya lupa, The Power of Dream.
Dalam novel trilogi kedua Andrea Hirata yang berjudul “Sang Pemimpi” ada kata – kata penyemangat yang diucapkan oleh tokoh Arai, seorang yatim piatu yang dijuluki sebagai simpai keramat, karena hanya dialah satu – satunya orang yang tersisa dari klan keluarganya. Waktu itu dia berkata pada Ikal yang putus asa dan pesimis memandang hidupnya, dia berkata “Orang – orang seperti kita tak punya apa – apa kecuali semangat dan mimpi – mimpi, dan kita akan bertempur habis – habisan demi mimpi – mimpi itu.
Dan setelah itu Ikal kembali menjadi seorang optimis memandang kekurangan hidup mereka yang justru harus ditebus dengan belajar dan kerja keras demi cita – cita mereka bersekolah di Sorbonne Perancis. Energi mereka bukan berasal dari singkong rebus, nasi dan sekedar lauk sederhana yang mereka makan, namun lebih dari itu ada sumber energi yang jauh lebih dahsyat, mimpi – mimpi mereka. Mimpi – mimpi yang mampu membuat mereka bangun di pagi buta untuk bekerja mengangkut ikan demi membiayai sekolah mereka dan membantu keluarga lalu setelah itu belajar di sekolah. Memang benar, mereka tidak punya banyak harta, atau banyak akses untuk menikmati hidup, namun karena keterbatasan itulah yang membuat mereka berjuang dengan penuh semangat.
Kata – kata Arai yang lain yang menghentak pemikiran saya adalah, “Jangan mendahului nasib”, maksudnya berusaha dulu setelah itu baru tawakal ( menerima ). Selama ini kebanyakan kita yang pesimis selalu berprasangka buruk kepada Tuhan, padahal apa yang diberikan oleh Tuhan adalah apa yang kita harapkan.
Sebuah buku yang bisa memberi pencerahan bagi pembacanya agar tak berkecil hati dengan segala kekurangan dan keterbatasan. Karena Tuhan tahu apa yang terbaik untuk kita dan Dia menunggu saat yang tepat untuk diberikan kepada kita.
Satu pelajaran moral yang bisa saya ambil dari buku tersebut adalah meski serba terbatas dan kekurangan namun mereka tak lupa untuk membantu sesama. Cerita Arai dan Ikal yang memberikan uang tabungan mereka untuk Cik Maryamah agar bisa berjualan kue dan hidup mandiri tanpa harus berhutang ke sana kemari sangat menyentuh hati saya. Tak perlu menunggu untuk jadi kaya agar bisa membantu orang lain.
Ada satu lagi yang membuat saya teringat dengan masa kecil saya dulu, konsistensi mereka menabung rupiah demi rupiah hasil kerja mereka sebagai kuli pengangkut hasil ikan dari laut ke pasar. Tokoh Jimbron salah satunya, dia mungkin adalah seorang yang tidak terlalu pintar, kalau berbicara gagap dan polos sekali namun saya mengagumi konsistensinya menabung dan cara berpikirnya yang simpel yang kadang – kadang tak terpikirkan oleh empunya otak cerdas. Waktu itu dia membeli dua celengan kuda besar dan membagi rata penghasilannya yang tidak seberapa ke dalam dua celengan itu yang ternyata kemudian diberikan kepada Arai dan Ikal untuk bekal mereka melanjutkan pendidikan di Pulau Jawa atau akal bulusnya untuk bisa masuk ke gedung bioskop bersama Arai dan Ikal tanpa ketahuan guru mereka Pak Mustar dengan meniru kebiasaan orang bersarung, salah satu komunitas yang tinggal di Belitong dan memiliki kebiasaan berkemul sarung menutupi wajah. Walau akhirnya kepergok juga atas laporan penjual jagung yang biasa mangkal di depan gedung bioskop.
Tidak banyak buku yang selain bercerita namun mampu memberikan pencerahan bagi pembacanya tanpa perlu mengumbar sensasi berlebihan, tanpa menggunakan bahasa yang bombastis mengumbar teori berbuih - buih. Buku – buku Andrea Hirata memang bersahaja namun sarat makna, ada banyak pelajaran moral yang dapat diambil ketika membacanya. Tak ada sensasi sensual yang diumbar sebagaimana halnya buku – buku yang pernah ngetrend diawal milenium ini yang sempat menjadi best seller. Saya menyukainya karena cerita – cerita dalam buku – buku Andrea Hirata sering membuat saya teringat dengan beragam kenangan masa kecil saya seperti halnya ketika saya menggemari buku – buku karya NH. Dini. Orang – orang boleh menuduh saya kurang intelek dan kekanakan dengan membaca buku – buku tersebut, namun saya butuh sesuatu yang fresh, butuh pencerahan diantara beragam masalah, tidak teoritis dan dogmatis bagaimana menjalani hidup yang tak mudah, buku dengan humor - humor cerdas bukan bacaan berat macam politik dan pergerakan bawah tanah yang membuat kepala makin mumet. Andrea Hirata seolah mengobati kerinduan saya akan cerita pengalaman – pengalaman masa kecil yang polos namun justru bisa memberikan inspirasi, termasuk memberi saya inspirasi menulis. Setelah NH. Dini dan Arswendo, saya menemukan ‘oase’ baru , sekarang setelah membaca buku – buku Andrea Hirata. Satu lagi yang sangat saya suka, bahasanya yang sederhana, mengalir seperti air namun kadangkala dahsyat menghentak dan tidak nge-pop dengan istilah – istilah lu, gue dan capeekk deh........yang sering bikin saya neg.
Sekarang saya tengah memelihara konsistensi menulis ditengah kesibukan bekerja dan mengurus keluarga. Karena hanya impian itu yang saya punya dan saya akan mewujudkannya dengan kerja keras, selalu belajar, dan banyak membaca, selebihnya adalah tangan Tuhan yang akan menentukan.

A Lesson From Nanny 911 – MetroTV

Setiap hari Sabtu sore sekira jam 16.05, saya punya acara favorit di MetroTV , Nanny 911. Sebuah acara yang menarik karena pemirsa diajak secara langsung menyaksikan sebuah keluarga Amerika yang amburadul yang anak – anaknya nakalnya amit – amit seperti demit sedang ‘ditata’ oleh seorang pengasuh berpengalaman. Ironisnya, pengasuh tersebut lebih pintar dan anak – anak nampak penurut dengan pengasuh tersebut daripada dengan orang tuanya sendiri yang kelihatan tak tahu harus bagaimana mendidik anak dengan baik dan benar.
Salah satu episode, cerita diawali dengan keributan di rumah yang disebabkan oleh anak yang rewel, memukul adik atau kakaknya sementara sang ibu yang sudah lelah nampak putus asa tak tahu apa yang harus dilakukan untuk mendamaikan pertikaian itu dan membuat anak – anaknya duduk manis. Rumah berantakan seperti kapal pecah. Sang ayah nampak cuek karena merasa itu bukan tanggung jawabnya. Lalu datanglah sang Nanny ( favorit saya adalah Nanny Deb) yang dihubungi oleh sang ibu untuk membantunya mengatasi anak – anak bandel tersebut. Lalu cerita mengalir, sang Nanny yang nampak handal mengatasi keributan sang anak dan menasihati ayah dan ibu agar lebih bisa kooperatif. Sang Nanny mengajari orang tua tersebut untuk bersikap positif dan menghargai anak – anaknya. Di akhir cerita, keluarga tersebut berhasil mengatasi masalah tersebut dalam waktu 7 hari, anak – anak mulai bisa diatur, an happy ending, happy family.
Cerita tersebut memang dibuat di Amerika dengan pelaku keluarga – keluarga muda yang seperti halnya keluarga muda di Indonesia yang minus pengetahuan mendidik anak dengan baik dan benar. Namun ada hal – hal yang bisa saya ambil menjadi pelajaran. Saya memang belum sempat mendidik anak hingga dewasa, namun saya berharap dengan sedikit pengetahuan yang saya dapat dari film Nanny 911 ( dan buku – buku lain ) saya bisa mendidik anak dengan baik.
Hal terpenting dalam mendidik seorang anak adalah dengan menanamkan religius value ( nilai – nilai moral dan keagamaan ) sejak dini kepada anak – anak, dan itu yang tidak saya temukan pada kebanyakan keluarga Amerika yang saya lihat. Anak jadi berani kepada orang tua bahkan dalam satu episode seorang anak berani memukul orang tuanya, atau meludahi pengasuhnya. Saya yakin setiap agama di dunia ini apapun itu selalu mengajarkan untuk hormat dan patuh kepada orang tua. Religius value adalah pondasi karena apabila si anak dewasa, maka nilai – nilai moral dan agama itulah yang akan membimbingnya menjadi pribadi yang berkualitas. Kenangan akan masa kecil yang diwarnai oleh aktivitas keagamaan akan selalu terkenang dan itu pula yang akan menuntunnya kembali ke jalan yang benar ketika dia kelak terjerumus ke dalam kesesatan.
Yang kedua, mengajarkan nilai – nilai positif, diantaranya saling menghargai dan bertenggang rasa. Seorang anak seperti halnya orang dewasa juga butuh diakui keberadaannya, butuh untuk didengarkan, butuh disayangi dan diperhatikan. Bandingkan dengan anak yang dalam kesehariannya selalu dicela, selalu disalahkan tapi tak pernah diberitahu mana yang benar dengan cara yang baik, tak pernah dipuji dan didengarkan. Apabila seorang anak dibesarkan dengan cara – cara negatif, maka anak tersebut akan menjadi anak yang negatif pula, kurang percaya diri atau bahkan bandel minta ampun. Sebaliknya bila seorang anak dididik dengan cara – cara yang positif maka dia akan menjadi positif pula. Seorang anak yang selalu didengarkan maka dia akan menjadi pendengar yang baik pula, seorang anak yang dilatih untuk selalu mengatakan apa yang dirasanya akan menjadi anak yang percaya diri dan bukan penakut, seorang anak yang berani berkata bahwa dia salah ketika dia berbuat salah maka dia sedang belajar untuk menjadi orang yang jujur dan sportif. Yang perlu lebih diingat lagi, seorang anak adalah peniru yang paling baik, maka sebaiknya orang tua berhati – hati dalam berkata dan berbuat terutama di depan anak – anak.
Berikutnya, adalah pemberian reward dan punishment ( penghargaan dan hukuman ). Sering kali anak hanya dihukum ketika melakukan kesalahan namun tak pernah diberi reward ( pujian ) bila melakukan kebaikan, sehingga anak akan selalu merasa dirinya salah terus. Bentuk pemberian reward tak selalu bisa berupa barang, beberapa jam untuk santai menonton TV di sore hari sebelum waktu belajar bisa menjadi reward yang menarik, begitu pula punishment, anak harus diajari konsekuensi dari perbuatannya, misalnya dengan menghilangkan hak bersenang – senang selama beberapa jam ketika dia melakukan pelanggaran dan kesalahan. Dalam salah satu episode Nanny 911, bentuk pemberian reward dan punishment bisa dengan menaruh kelereng di dalam stoples, semakin sering si anak berbuat kebaikan misalnya patuh pada orang tua, membantu pekerjaan ibu, belajar, maka kelerengnya akan bertambah banyak, sedangkan setiap kesalahan yang dilakukan oleh si anak, maka si ibu mengambil kembali kelereng tersebut dari stoplesnya. Dengan demikian anak diajari bertanggung jawab atas apa yang di lakukannya, perbuatan baik akan berbuah reward dan kesalahan akan mendapatkan ganjarannya.
Yang tak kalah menarik adalah, ternyata keharmonisan komunikasi antara ayah dan ibu juga turut mempengaruhi kejiwaan anak. Ayah yang cuek dengan ibu, jarang berkomunikasi, kurang menghargai sang ibu demikian juga sebaliknya juga akan ditiru oleh anak – anaknya. Anak – anak jadi enggan berkomunikasi satu sama lain dan sering kali bila saya perhatikan mereka cenderung menggunakan kekerasan fisik dan teriakan untuk memancing perhatian kedua orang tuanya.
Acara Nanny 911 memang acara yang dibuat di Amerika dengan budaya yang mungkin jauh berbeda dengan kita, namun tak ada salahnya point – point positif yang ada diambil dan di implementasikan ke dalam keluarga kita, meski sebenarnya Rasulullah SAW telah jauh mengajarkan untuk selalu menghargai anak agar kita selaku orang tua juga dihargai dan dihormati oleh anak – anak kita.
Anda tertarik untuk menonton acaranya ? Sebuah acara reality show yang cukup menarik dan menghibur menurut saya.

Pria bule lebih Oke ?


Ini adalah perbincangan sekaligus hasil pemikiran beberapa teman dan saya, sebuah community setengah gila yang suka membahas sesuatu secara santai, fun dan penuh canda. Bisa dibuat bahan referensi meski cuma sering lewat begitu saja, sebagai obrolan ringanpe lepas penat kala jeda waktu.
Topik yang pernah sempat memanas adalah kenapa sebagian perempuan Indonesia menganggap laki – laki bule lebih menarik daripada pria pribumi. Tentu, dari segi fisik memang mereka tampak lebih menarik. Tubuh tinggi ( rata – rata bule yang saya kenal memang bertinggi badan di atas 175 cm )dengan berat proporsional, mata berwarna – warni ( ada biru ; favorit cewek – cewek, ada yang hijau seperti zamrud, abu – abu dan coklat ; favorit saya …^^, ) berbicara dalam Bahasa Inggris yang baik dan benar, sedangkan laki – laki lokal cuma punya bola mata warna hitam dan beberapa dianugrahi kelebihan memiliki mata coklat yang eksotik.
Ada pendapat lain yang lumayan ilmiah, karena image kita terhadap mereka yang menganggap mereka sebagai makhluk superior ( baca : sempurna secara fisik, smart, romantis dan friendly ). Saya menganggap pendapat ini cukup masuk akal, karena sejarah menyebutkan selama hampir 350 tahun kita dijajah kompeni ( Belanda ) yang merupakan bule Eropa. Sehingga kita menganggap mereka makhluk Tuhan yang lebih cerdas dan menarik ( di mana – mana bangsa yang menjajah tentu lebih pinter daripada yang dijajah ,bukan ? ). Kalau ada teman yang tergila – gila dengan laki – laki Jepang itu juga karena bangsa kita pernah dijajah Jepang meski tak lama. Itu karena kita menanggap mereka superior, makhluk Tuhan paling seksi, gitu kali seperti lagunya Mulan Jameela..
Membandingkan pria lokal dengan laki – laki bule memang kadang seperti membandingkan kuda stallion yang tinggi besar dengan kuda poni yang biasa ditunggangi anak – anak.
Karena saya bekerja di sebuah perusahaan multinasional ( kebetulan ownernya adalah bule Eropa ) otomatis banyak ekspatriat yang dipekerjakan di sana. Saya iseng – iseng memetakan kepribadian mereka berdasarkan negara asalnya. Awalnya kebiasaan ini dianggap aneh, namun ketika saya pergi ke Jepang, ternyata saya bertemu seseorang yang memiliki kegemaran yang sama dengan saya. Maka acara ngobrol di restoran hotel saat sarapan pun jadi seru hingga nyaris lupa waktu ( namun toh, keesokan harinya ketika sekali lagi saya ketemu dia, obrolan separuh ndak mutu ini dilanjutkan kembali ). Tentu tujuan kami berbeda. Saya hanya iseng, sementara kenalan cewek Jepang saya tadi punya tujuan khusus, ingin menikah dengan pria Eropa. Saya mengerutkan dahi, kenapa dia tak mau menikah dengan orang sesama Jepang ? Ternyata jawabannya nyaris sama dengan perempuan negeri ini. Mereka mendambakan pria yang baik, friendly, smart, lebih terbuka dan romantis, sementara hal itu tak dia dapatkan bila dia menikah dengan pria Jepang. Tipikal laki – laki Asia yang tak disukai perempuan manapun, possesif, sok berkuasa, tak peduli, sedikit bebal dan menganggap perempuan seperti bawahan yang harus nurut right or wrong, bukan partner sejajar.
Namun ada salah satu kekurangan pria bule yang kadang membuat perempuan Asia enggan menikah dengan pria bule, ketakutan mereka akan komitmen jangka panjang alias pernikahan. Karena kebanyakan pria bule sangat mengagungkan cinta yang seringkali salah kaprah dengan nafsu, jadi kalau mereka sudah tidak ‘bernafsu’ dengan anda, maka siap – siap saja di depak. Kalaupun sampai menikah biasanya pernikahan itu tidak berlangsung lama. Saya mengacungkan jempol untuk pasangan yang bisa bertahan lama.
Menurut peta bikinan saya dan kenalan tadi, bule Eropa lebih cenderung santun, bersikap dewasa, deep thinking, smart, romantis, pandai membawa diri dan peduli ( baca : gentleman ). Sedangkan pria Amerika cenderung friendly, blak – blakan, ‘shallow alias dangkal’ ( istilah temen Jepang tadi ). Kalau mau having fun, memang lebih cocok dengan bule Amerika, namun kalau mendambakan suami, cari saja bule Eropa. Akhirnya dia menemukan pria Eropa idamannya,seorang laki – laki asal Holland, kabar terakhir darinya mereka telah menikah dan tinggal di Frankurt Jerman.
Laki – laki dari British Raya lebih bersikap aristokrat, saklek ( salah satunya di kantor saya juluki Satpol PP karena sangat perfeksionis, suka sekali menegur pekerja yang tidak rapi, ngemil di tempat kerja, datang terlambat meski cuma 2 – 3 menit atau area kerjanya kurang bersih – semuanya menurut standard dia seolah – olah dia sendiri tak pernah mangkir, padahal saya sering memergokinya main solitaire saat jam kerja ) dan selalu bersikap merendahkan orang Indonesia sebagai bangsa yang kasar, bodoh, temperamental dan tidak disiplin ( mungkin separuh benar, tapi kan ndak semua ).
Lalu ada bule Australia, yang untung saja dia selalu selamat dari serbuan pendemo anti Australia, seorang yang cukup smart dan friendly sebenarnya, juga peduli dengan anak buahnya namun kebiasaannya mengejek dan bicara kasar kadang – kadang bikin saya dongkol setengah mati.
Dulu ada seorang bule asal Brazil namun sempat tinggal di Amerika dan menjadi supervisor saya, Bahasa Inggris American nya bagus sekali, tidak seperti orang Brazil lain yang grammarnya sama kacaunya dengan saya. Di mata saya dia adalah makhluk Tuhan yang eksotik. Kulit, mata dan rambutnya coklat seperti orang Asia. Dia pintar, baik dan sangat toleran. Kebiasaan buruknya yang tak saya suka, dia cerewet sekali seperti perempuan dan perfeksionis, suka mencela meski dia telaten sekali bila mengajari saya hal – hal baru yang belum saya ketahui.
Mungkin tulisan ini ada sedikit guna buat para perempuan yang mendambakan pria bule, buat panduan lebih cocok dengan pria dari Negara mana. Namun tulisan ini hanya menjelaskan secara general, padahal sebenarnya sama seperti laki – laki pribumi, selalu ada pengecualian. Tidak semua laki – laki bule itu keturunan superior yang pintar dan sempurna, yang goblok, norak, sok jaim, sok imut dan pemabuk berat pun banyak, bahkan banyak diantaranya yang menganggap agama hanya sekedar formalitas, hanya sedikit yang benar – benar religius.
Sudah saatnya kita berhenti menganggap mereka superior, sebagai bangsa yang diberkahi dengan kesempurnaan, kekayaan dan lebih berkuasa dibandingkan dengan negara – negara berkembang seperti Indonesia. Karena apabila kita berhenti menganggap mereka superior maka mereka tidak akan lagi besar kepala. Justru kita harus menunjukkan bahwa kita pun mampu bekerja professional dan disiplin seperti mereka.
Buat saya, bule ataupun lokal bisa sama menariknya tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Kini pun, mulai banyak laki – laki Asia yang bersikap peduli, cerdas dan menganggap perempuan sebagai partner dan sahabat. Jadi kalau ada yang berpendapat pria bule lebih oke dan berkeinginan memperbaiki keturunan ( dan penghasilan hehehe ), ya silahkan saja, tidak ada yang salah, masing – masing pribadi bebas berpendapat. Karena bagi saya, pria yang menarik adalah bila dia religius, memiliki prospek, integritas dan loyalitas, baik bule maupun bukan.