Pemesanan Produk Oriflame :
Hubungi saya, NIKEN via SMS/Whatsapp Msg di 085643172023, Telp : 08885210403

Cara Order : SMS kan nama atau kode barang dan jumlah beserta alamat pengiriman. Jumlah total pembayaran termasuk ongkir akan diinformasikan.

Barang yang dipesan akan dikirim sesuai alamat yang anda berikan setelah melakukan transfer melalui rek BCA.

Harga berubah sesuai Katalog terbaru.

#KELUHAN TENTANG PEMAKAIAN PRODUK YANG DIBELI SELAINDAI BLOG, SILAHKAN DITUJUKAN KE COSTUMER CARE ORIFLAME CABANG TERDEKAT

Monday 31 December 2007

Happy New Year 2008




Dear All Readers




Wishing you Happy New Year 2008


May Joy and Happiness will always be with you


Wishing you all the very best




明けましておめでとうございます。


今年 いろいろとお世話になって、ありがとうございます。


来年もよろしくお願いします。



Sebelum Cahaya
Letto

Kuteringat hati yang bertabur mimpi
Kemana kau pergi, CINTA
Perjalanan sunyi yang kau tempuh sendiri
Kuatkanlah hati, CINTA

Ingatkah engkau kepada embun pagi bersahaja
Yang menemanimu sebelum cahaya
Ingatkah engkau kepada angin yang berhembus mesra
Yang ‘kan membelaimu, CINTA
Ku tak akan pergi meninggalkanmu sendiri
Temani hatimu, CINTA


Sewaktu saya mendengar lagu ini, saya teringat ritual pagi yang sering saya lakukan dulu. Seusai sholat di sepertiga malam, saya membuka jendela kamar lebar – lebar, dan sambil duduk menikmati secangkir teh atau kopi panas, saya menikmati udara pagi yang sejuk segar, menyentuh embun yang menetes di rumpun dedaunan di dekat jendela, merenung dan menulis jurnal harian.
Di saat seperti itulah, saya merasa sangat dekat dengan Tuhan. KepadaNya saya bercerita, berkeluh kesah . Saya tertawa dan menangis tanpa perlu merasa malu kepadaNya. Dan kicau burung pagi itu adalah jawabanNya. Maka saya akan menghadapi hari dengan riang dan yakin akan cintaNya.
TUHAN dan CINTA adalah SATU.

Memiliki kehilangan
Letto

Tak mampu melepasnya walau sudah tak ada
Hatimu tetap merasa masih memilikinya
Rasa kehilangan hanya akan ada Jika kau pernah memilikinya

Pernahkah kau mengira kalau dia ‘kan sirna
Walau kau tak percaya dengan sepenuh jiwa
Rasa kehilangan hanya akan ada Jika kau pernah merasa memilikinya.

Kehilangannya, membuat saya kehilangan separuh visi dan misi saya di masa depan.

Monday 24 December 2007

Cinta ( tak selamanya mampu ) menyatukan perbedaan

Cerita kali ini agak berbau SARA, namun saya berharap tidak ada satupun yang merasa tersinggung dari kedua keyakinan yang berbeda tersebut. Apa yang saya tulis di bawah ini adalah pengalaman dan pendapat pribadi yang bisa jadi berbeda dengan orang lain.Terima kasih atas pengertiannya.
Suatu sore di akhir pekan, seperti biasa saya menikmati secangkir Nescafe panas, memandangi hujan dari balik jendela, romantis sekali.

Sebenarnya saya tidak sedang melamun, namun memikirkan teman saya. Dia datang kepada saya dengan masalahnya yang cukup pelik, namun dia menjadi agak ‘sensitif’ dengan jawaban saya. Sahabat saya tadi sedang jatuh cinta dengan seseorang, nggak ada yang aneh, toh setiap orang termasuk saya pernah jatuh cinta, pernah menyukai dan disukai seseorang. Namun yang susah, dia ternyata jatuh cinta dengan seseorang yang memiliki beda keyakinan dengannya. Ada yang salah ? tanyanya pada saya. Tidak ada jawab saya, cinta tidak pernah salah, yang salah mungkin tempat, waktu dan orangnya, tapi cinta juga misteri karena kita ndak pernah bisa menyuruhnya agar berlaku sesuai dengan keinginan kita. Maunya sih jatuh cinta dengan si A ,eh lha kok saya malah naksir si B begitu seterusnya.
Lalu saya harus bagaimana ? tanyanya. Dia mengaku serba salah dalam situasi semacam ini. Saya menjawab, "kamu pasti sudah tahu jawaban saya tentang ini". Artinya sesuai keyakinan dan pengetahuan yang saya peroleh, saya tidak menyetujui hubungannya dengan laki – laki yang berbeda keyakinan dengannya. Sahabat saya nampak lesu seolah kurang darah.

"Teman", kata saya lagi" apa yang kamu sukai itu belum tentu disukai Tuhan begitu juga apa yang di sukai Tuhan belum tentu kamu suka, apa yang menurutmu baik belum tentu baik di mata Tuhan, dan seringkali apa yang menurut Tuhan baik untukmu belum tentu kamu anggap baik, lalu untuk apa kamu mengorbankan kehidupanmu sesudah kematian dengan sesuatu yang hanya berlangsung sesaat ? Seperti menikmati keindahan bintang, lalu ketika bintang itu mati dan padam yang akan kamu temui hanya kegelapan malam yang panjang".

"Kamu ngomong gitu kan karena ndak pernah mengalaminya", katanya sinis. Saya tertawa kecil, justru karena saya pernah mengalaminya saya bisa menjawab pertanyaannya. Teman saya terkejut tak menyangka, bagaimana mungkin orang seperti saya pernah mengalami hal yang sama dengannya.
Saya tak keberatan membagi cerita saya dengannya. Bertahun yang lalu saya mengalami apa yang teman saya rasakan. Sedih dan sakit rasanya ketika kita mencintai seseorang namun tak bisa bersama karena perbedaan keyakinan. Cinta yang bertepuk sebelah tangan memang menyakitkan, namun yang lebih menyakitkan lagi adalah ketika kita saling mencintai namun tidak bisa bersatu.

Namun pada akhirnya saya disadarkan bahwa cinta tak selalu mampu menyatukan perbedaan, barangkali memang bisa sebuah cinta mampu menjembatani segala perbedaan, namun saya berpikir bahwa hidup tidak hanya melulu soal cinta, ada kehidupan lagi yang perlu kita jalani, ada tanggung jawab yang mesti kita pikul. Tanggung jawab kepada Tuhan, keluarga dan anak - anak kita.
Lama saya berpikir tentang hubungan itu, karena saya juga tak mau hidup ini berlalu tanpa ikatan yang jelas dengannya. Di mata saya dia adalah laki - laki yang nyaris sempurna, dia begitu baik, pengertian, sabar, gentle, romantis, benar - benar nyaris tanpa cela, dia adalah laki -laki idaman semua perempuan di dunia. Bahkan pernah terbetik dalam hati saya barangkali kalau saya menemukan satu saja kekurangan dia yang mampu membelokkan saya darinya. Tapi kok saya rasa dia sempurna ( atau saya telah buta oleh cinta ? hingga tak bisa melihat dia yang sebenarnya ).
Saya dan dia sama - sama memiliki keyakinan yang kuat yang tak mungkin kami lepas begitu saja, saya juga tak mungkin hidup bersamanya dalam ikatan pernikahan dengan segala perbedaan tersebut. Mampukah saya hidup bersamanya ?

Ditengah kegalauan saya, ternyata Tuhan menjawab keresahan jiwa saya. Suatu hari tiba - tiba saya ingin mampir ke tempat tinggal dia, dia sedang menjalani pendidikan S2nya dan tinggal terpisah dengan keluarganya. Saya kaget sekali menemukan dia dan beberapa botol minuman beralkohol di kamarnya, dia yang sedang nampak kusut itu juga kaget melihat saya yang tiba - tiba datang. Saya tanya padanya, apa yang dia lakukan ? Dia bilang melakukan itu semua, meminum minuman beralkohol untuk mencari jawaban yang terbaik untuk kami. Saya kecewa sekali padanya karena selama ini saya telah jatuh bangun di sepertiga malam dalam doa dan sholat saya untuk mencari jawaban itu, namun dia justru melakukan hal tersebut, saya pernah membayangkan bahwa dia akan bersujud di altar memohon yang terbaik. Saya berlari meninggalkannya sendiri.

Saya memang selama ini bertoleransi dengan kebiasaan - kebiasaan dia minum alkohol karena saya tahu keyakinannya tidak melarang hal tersebut. Namun detik yang sama ketika saya berlari meninggalkan dirinya, saya menyadari sesuatu. Bahwa saya memang tak akan pernah bisa hidup bersamanya. Terkuaklah segala kekurangan dia yang selama ini tak mau saya akui. Bagaimana mungkin dia akan menjadi ayah dari anak - anak saya dengan nilai - nilai yang berbeda dengan saya ? Bagaimana mungkin saya hidup dengannya sementara saya mengharamkan minuman yang memabukkan yang kerap dia minum dalam banyak kesempatan, bagaimana mungkin saya bisa mencintai seseorang yang menghalalkan hubungan di luar ikatan pernikahan yang resmi.

Butuh waktu cukup lama buat saya untuk melupakan dirinya. Saya harus memendam perasaan saya yang terdalam dan menekan ego saya. Kalau saya mau, saya mungkin akan menikah dengannya lalu kami bisa hidup bersama dengan bahagia. Itu kalau hanya ada saya dan dia. Bagaimana pertanggungjawaban saya kepada Tuhan apabila anak - anak saya mengikuti jejak ayahnya ? Bagaimana dengan keluarga saya ? Saya tidak bisa berpura -pura melupakan keluarga, karena bila terjadi apa - apa, keluarga adalah tempat kita kembali.
Karena itu saya tak sepenuhnya meyakini bahwa cinta mampu menjembatani segala perbedaan, ada saat - saat ketika kita harus berpegang teguh kembali kepada keyakinan kita, pengetahuan kita, melebihi kebutuhan kita akan cinta. Saya hanya takut bahwa Tuhan tak lagi mencintai saya. Apalah artinya bahagia di dunia namun sengsara di kehidupan sesudah kematian ?

Teman saya tak pernah bisa menerima pendapat saya, karena dia menunjuk beberapa pasangan yang mampu hidup bahagia hingga maut memisahkan. Saya berbalik bertanya kepadanya, apakah anda adalah seseorang yang memiliki kapasitas untuk bertahan dari serbuan gelombang terus menerus ? Karena tidak sedikit saya mendengar pasangan berbeda keyakinan yang akhirnya kandas dan menyisakan luka yang terlalu dalam. Apakah anda siap dipisahkan dari anak - anak anda ?

A Music Therapy

Hi All,
Selain sastra dan puisi, musik adalah satu bagian dari hidup saya. Musik pula konon mampu menyembuhkan. Jadi kali ini saya menambah label lagi Music Therapy dalam blog ini. Berisi tentang lirik - lirik lagu yang 'menyembuhkan' dan memberikan pencerahan.

So let's sing and heal the pains....

Sempurna
Song by : Andra & The Backbone

KAU begitu sempurna
Di mataku KAU begitu indah
KAU membuat diriku akan slalu memujaMU

Di setiap langkahku ku kan selalu memikirkan diriMU
Tak bisa kubayangkan hidupku tanpa cintaMU

Janganlah KAU tinggalkan diriku
Tak kan mampu menghadapi semua
Hanya bersamaMU ku akan bisa
KAU adalah darahku
KAU adalah jantungku
KAU adalah hidupku, lengkapi diriku

Oh Tuhan (sayang )ku….. KAU begitu ( Maha ) Sempurna
KAU genggam tanganku saat diriku lemah dan terjatuh
KAU bisikkan kata dan hapus semua sesalku


Wednesday 19 December 2007

Where does love go ?

If the heart is the place love comes from
Then where does love go when it dies ?
Back to the heart where it came from
Or does it turn into tears in the eyes ?



But even if I knew the answer
What would I possible gain ?
Would the knowledge of where love had gone to ease the heartache and the pain ?



Love…love…what is this feeling ?
Why is it born if only to die ?
And when it leaves me what’s left inside to make the heart glow
And leave tears in the eyes ?



Why is it I can’t quite realize
What a blessing a true love can be ?
Must I lose love to know it’s priceless ?
Where does love go when it leaves me ?



This question will always remain for
I will never know this answer until I find love once again
If only I had time……………


unknown

Soulmate(s)

Pernahkah anda bertemu dengan seseorang yang begitu mirip dengan anda bukan secara fisik namun anda merasa dia adalah bagian dari diri anda ?. Kita sering menyebutnya soulmate atau sahabat jiwa.
Saya pernah, dan tidak cuma sekali namun berkali – kali seolah saya dulunya adalah sebuah benda langit besar lalu…bang! Meledak ( seperti ledakan supernova itu kali’ hehehe ). Lalu pecahan – pecahan benda langit itu adalah bagian – bagian dari diri saya. Saya adalah satu benda yang pecah yang direkatkan kembali keping demi keping.

Soulmate ‘versi’ saya bisa jadi lebih dari satu dan tidak harus lawan jenis walau dalam kenyataannya teman – teman dekat saya justru kebanyakan laki – laki. Ndak tau kenapa, kebanyakan mereka yang bisa lebih mengerti saya dan cara berpikir mereka pula yang lebih bisa saya pahami daripada sesama perempuan.
Seringkali, padahal saya dan dia hanya sekali bertemu namun kami langsung cocok atau kadang – kadang meski baru pertama bertemu tapi rasanya kok seperti sudah lama kenal ya….

‘Soulmate’ bagi saya adalah orang – orang yang sejiwa, sepemikiran, sehati, dan senasib sepenangungan. Seperti magnet, saya telah menarik kutub – kutub yang sama untuk berjalan beriringan dengan saya. Meski dia bukan pasangan kita, bukan ayah dari anak – anak kita.

Tapi bukan berarti saya selalu punya teman sejiwa yang identik dengan saya. Saya pernah punya sahabat yang justru bertolak belakang dengan saya.
Ada satu orang yang kalau bertemu selalu bertengkar dengan saya, sampai teman – teman yang lain menyebut kami seperti Tom and Jerry. Selalu ada saja yang kami ributkan. Anehnya kalau salah satu dari kami tidak ada, rasanya seperti ada yang kurang, saling menanyakan bila salah satunya tidak hadir dalam satu acara kumpul bareng.

Uniknya, saya ternyata juga menemukan ‘the missing pieces’ saya di negara lain karena pekerjaan saya memberi akses dengan dunia luar terutama Jepang. Dia adalah customer yang sering saya bantu dan kontak. Di luar urusan pekerjaan dia adalah orang yang baik, lucu dan menyenangkan.
Atau pernah pula saya memiliki seorang sahabat di dunia maya lewat chat dan email. Meski saya dan dia tak pernah bertemu secara fisik, namun saya dan dia seperti ‘terhubung’ satu sama lain. Meski kami berbeda keyakinan dan budaya ( kebetulan dia tinggal di Kanada ), namun kami memiliki kesamaan cara pandang nilai – nilai kehidupan, humanity, dan cinta. Dia sangat respek dengan keyakinan saya demikian pula saya juga menghormatinya.

Saya mendapat masukan dari seorang teman bahwa persahabatan antara laki – laki dan perempuan cuma berbeda tipis dengan perselingkuhan ( benar tidaknya bisa dibuktikan sendiri hehehe – saya ndak ngajarin selingkuh lho ) jadi buat yang sudah memiliki pasangan lebih baik memberikan batasan – batasan sejauh mana persahabatan antar lawan jenis itu boleh ada. Jangan sampai karena kita menemukan seseorang yang lebih care, lebih baik dan lebih perhatian dari pasangan kita, kita jadi lupa diri.
Kita bisa secara tak sengaja menemukan belahan jiwa kita, namun tak jarang pula banyak yang menghabiskan waktunya untuk mencari sang sahabat jiwa. Saya mendapatkan kata – kata bijak di bawah ini dari seorang kawan.


Tuhan berkata,
Tidaklah adil bagi-Ku untuk memberikan seseorang yang penuh dengan cinta dan kasih kepadamu jika terkadang engkau masih kasar, atau memberikan seseorang yang pemurah tetapi engkau masih kejam, atau seseorang yang mudah mengampuni tetapi engkau sendiri masih suka menyimpan dendam, seseorang yang sensitif,namun engkau sendiri tidak..."
"Adalah lebih baik jika Aku memberikan kepadamu seseorang yang Aku tahu dapat menumbuhkan segala kualitas yang engkau cari selama ini daripada membuat engkau membuang waktu mencari seseorang yang sudah mempunyai semuanya itu. Pasanganmu akan berasal dari tulangmu dan dagingmu, dan engkau akan melihat dirimu sendiri di dalam dirinya dan kalian berdua akan menjadi satu. Aku tidak memberikan pasangan yang sempurna karena engkau tidak sempurna. Aku memberikanmu seseorang yang dapat tumbuh bersamamu."


Semoga bisa menjadi bahan introspeksi diri.

Kecoa






Pernah ketemu kecoa ? pasti pernah, binatang ini adalah makhluk universal, dimana – mana ada, bahkan di Jepang yang konon katanya negara yang super bersih ( saya pernah nemu seekor di dekat selokan saat saya berkunjung ke sana ).
Saya sebenarnya ndak tertarik membicarakan kecoa karena saya membencinya. Namun malam itu ada yang menarik dalam seekor kecoa yang membuat saya terpaksa malu dengan makhluk menjijikkan itu.
Malam itu seperti biasa Lurik, kucing saya menemani saya nonton TV dan hobinya adalah menggigiti jempol kaki saya ( nyebelin kan ? padahal saya sudah siapin sapu lidi, eh tiap kali saya pukul kepalanya dia malah menjadikan sapu lidi saya mainan, dasar kucing! ), tapi beruntung tiba – tiba nongol seekor kecoa dari kamar mandi yang kemudian membuat Lurik teralih perhatiannya dari jempol kaki saya dan mulai mengejar kecoa tersebut. Saya melihatnya antara ingin tertawa sekaligus kasihan dengan si kecoa. Ternyata Lurik bukannya memakan kecoa itu namun hanya menjadikannya mainan. Waktu si kecoa terjungkal dan terbalik kakinya di atas, Lurik hanya memandangnya saja. Si kecoa tentu saja berjuang mati – matian agar bisa kembali ke posisi awal dan melarikan diri dari kejaran si Lurik karena setiap kali si kecoa berhasil tengkurap si Lurik akan mengejarnya lagi, biasanya akan berakhir dengan kematian kecoa, bukan karena digigit Lurik tapi mati stressi ( makanya jangan terlalu stress, cepet mati loh…)
Malem ini kecoa tersebut lebih beruntung dari temannya yang lalu yang saya temukan mati di bawah meja TV. Dia meronta-ronta, mengepakkan sayap kecilnya, berusaha untuk lepas dari Lurik. Dia akan berpura – pura mati bila Lurik memperhatikannya, namun akan kembali berusaha bangun ketika si Lurik lengah. Saya terus memperhatikannya sampai Lurik bosan dengan mainannya dan pergi meninggalkan sang kecoa, tidur di samping saya yang sedang nonton TV. Si kecoa pun melarikan diri ke halaman.
Yang membuat saya terkesan adalah usaha si kecoa untuk survive , untuk bertahan hidup. Kecoa mungkin nggak sepintar dan sekuat kita, namun berapa banyak dari kita yang mampu bangkit dari kesulitan dan kesukaran hidup ? putus asa dan mengaku lelah dengan hidup lalu mengakhirinya dengan kematian ?. Masa iya sih, kita kalah sama kecoa ? Saya mengamati teknik kecoa tersebut dalam usahanya untuk survive, dia berusaha mati – matian untuk bisa bangkit lagi, namun ketika dia lelah dia berhenti sejenak untuk mengumpulkan tenaga.
Seharusnya kita pun demikian, kita mesti bekerja maksimal semampu yang kita bisa, lalu ketika kita lelah dengan pekerjaan yang seolah tak ada habisnya, bos yang marah melulu, masalah yang datang bertubi - tubi, kita perlu jeda sesaat, menarik nafas dalam – dalam dan menghembuskannya perlahan. Setelah kondisi memungkinkan, kembali lagi bekerja dengan suka cita. Selama ini kebanyakan kita kan mengeluh melulu kalau dibebani terlalu banyak pekerjaan dan masalah, coba deh diselesaikan step by step dengan hati riang tanpa nggerundel. Harusnya kita bersyukur masih memiliki pekerjaan daripada orang lain yang susah payah untuk mendapatkan pekerjaan. Jangan dikira orang – orang yang sering ndak punya kerjaan sebanyak kita itu hidupnya menyenangkan. Pasti dia bosan juga bengong melulu, ngerumpi melulu, chat melulu yang belum tentu ada hubungannya dengan pekerjaan.
Saya juga belajar dari customer saya di Jepang, dia adalah seorang pekerja keras dan sering membuat saya kagum dengan daya tahan tubuh dan cara dia mengatasi kelelahan baik fisik maupun mental. Waktu saya tanya resepnya dia cuma bilang bahwa dia bekerja semampu dia namun pada saat jeda dia akan benar – benar menikmatinya. Waktu istirahat benar – benar dimanfaatkan dengan sebaik – baiknya untuk men-charge energinya termasuk bila ada libur kerja, jadi pada saat kembali bekerja dia benar – benar dalam keadaan fresh bahkan bila atasannya menuntut kerja lembur dia oke – oke saja. Kadang sepulang kerja, sebelum pulang ke rumah dia mampir dulu ke kafe bersama temannya untuk saling bertukar pikiran atau berkaraoke melepas stress ( katanya dia tidak ingin pulang ke rumah bertemu istri dan anaknya dalam keadaan kalut dan tertekan karena pekerjaan ). Kita manusia, bukan robot, bahkan mesin pun punya jangka waktu operasi. Jadi kalau mesin saja dibatasi jam operasionalnya apalagi manusia. Gunakan waktu sebaik mungkin, jangan menunda pekerjaan ( kalau bisa dikerjakan sekarang kenapa harus dikerjakan nanti ? ) dan gunakan waktu istirahat dengan sebaik – baiknya.










Saturday 15 December 2007

Renungan hari ini

Jika kau merasa lelah dan tak berdaya dari usaha yang sepertinya sia-sia.... Allah SWT tahu betapa keras engkau sudah berusaha. Ketika kau sudah menangis sekian lama dan hatimu masih terasa pedih.... Allah SWT sudah menghitung air matamu. Ketika kau fikir bahwa hidupmu sedang menunggu sesuatu dan waktu serasa berjalan begitu saja... Allah SWT sedang menunggu bersamamu. Ketika kau berfikir bahwa kau sudah mencoba segalanya dan tidak tahu hendak berbuat apa lagi... Allah SWT sudah punya jawabannya. Ketika segala sesuatu menjadi tidak masuk akal dan kau merasa tertekan... Allah SWT dapat menenangkanmu. Ketika kau merasa sendirian dan teman-temanmu terlalu sibuk untuk menelpon... Allah SWT selalu berada disampingmu Ketika kau mendambakan sebuah cinta sejati yang tak kunjung datang... Allah SWT mempunyai Cinta dan Kasih yang lebih besar dari segalanya dan Dia telah menciptakan seseorang yang akan menjadi pasangan hidupmu kelak. Ketika kau merasa bahwa kau mencintai seseorang, namun kau tahu cintamu tak terbalas... Allah SWT tahu apa yang ada di depanmu dan Dia sedang mempersiapkan segala yang terbaik untukmu. Ketika kau merasa telah dikhianati dan dikecewakan.... Allah SWT dapat menyembuhkan lukamu dan membuatmu tersenyum Jika tiba-tiba kau dapat melihat jejak-jejak harapan Allah SWT sedang berbisik kepadamu Ketika segala sesuatu berjalan lancar dan kau merasa ingin mengucap syukur.... Allah SWT telah memberkahimu Ketika sesuatu yang indah terjadi dan kau dipenuhi ketakjuban.... Allah SWT telah tersenyum padamu. Ketika kau memiliki tujuan untuk dipenuhi dan mimpi untuk digenapi.... Allah SWT sudah membuka matamu dan memanggilmu dengan namamu Ingat dimanapun kau atau kemanapun kau menghadap.... Allah SWT Maha Mengetahui.

Why Soul Therapy

Salah satu pertanyaan menggelitik seorang teman setelah membaca blog saya adalah mengapa tema blog saya adalah soul therapy, apakah karena sang penulis adalah ahli jiwa yang kerap menyembuhkan banyak pasien sampai – sampai buka praktik on line ? ( hehehe ) atau malah si penulis adalah mantan penderita sakit jiwa yang mencoba share dengan orang lain ? Dengan bercanda saya menjawab karena penulisnya ‘gila’ bukan mantan gila, karena kalau sudah mantan berarti saya akan berhenti menulis. Saya butuh tetap gila agar tetap bisa menulis. Teman kerja ada yang menyebut kegilaan saya sudah ‘stadium 4’. Maklum saja saya harus meladeni customer yang super cerewet yang maunya serba perfect, sehingga di akhir hari biasanya saya sudah kusut dan stress.
Saya memang suka menulis sejak kecil, namun untuk mengirimnya ke media massa menurut saya terlalu rumit, mesti melalui seleksi dan kalau tidak memenuhi kriteria harus rela menghuni keranjang sampah dewan redaksi yang terhormat. Karena itu saya menciptakan blog yang ‘gue banget’ tanpa harus khawatir di sensor atau dikatakan ‘nggak mutu banget’. Toh tujuan utama saya menulis bukan untuk mencari ketenaran, uang atau mendapat kritik dari kritikus sastra dan ahli media. Namun lebih untuk proses ‘katarsis’ dan menerapi jiwa saya sendiri. Di dalam kamus, katarsis artinya proses untuk melepaskan perasaan yang kuat melalui kegiatan seni sebagai salah satu jalan untuk keluar dari kemarahan, kesedihan, penderitaan dan lain – lain.
Saya penggemar berat acara talk show yang dipandu oleh Oprah Winfrey melalui stasiun TV favorit saya Metro TV. Di sana para peserta yang diwawancarai kebanyakan adalah warga biasa yang tentu saja ndak terkenal seperti Tom Cruise atau Julia Robert atau George Clooney. Memang dalam beberapa episode ada selebrity yang di wawancarai, namun kebanyakan adalah warga biasa dengan masalah – masalah mereka yang dianggap memiliki kasus istimewa semacam kasus pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, kelaparan, korban perang dari sebuah negara, atau seseorang yang cacat namun mampu mandiri yang tentu saja semua itu membuat kita terinspirasi untuk menjadi orang yang selalu bersyukur dan berbuat lebih baik kepada sesama. Peserta yang membuat saya terkesan adalah seorang penulis pemula yang sebenarnya tidak memiliki background sebagai penulis, dia adalah seorang ibu rumah tangga biasa, namun kekerasan yang menimpanya justru membuatnya tegar dan mendorongnya untuk menulis dengan tujuan agar orang lain tidak mengalami kejadian yang sama dan bagaimana menjadi ibu yang kuat bila akhirnya kita terpaksa menghadapinya. Seorang terapis yang turut hadir bersamanya menyarankan dia untuk menulis, setiap kali dia merasa sedih, teraniaya, sendiri, bahkan ketika ada sedikit kebahagiaan ketika ada teman – teman dan keluarga yang mendukung. Akhirnya curahan hatinya menjadi sebuah buku yang kemudian diterbitkan. Salah satu buku yang saya ingat judulnya adalah The Silent Partner.
Saya tertegun, saya jadi ingat almarhum nenek saya, waktu kecil saya adalah anak yang susah dikendalikan, disuruh tidur siang malah main, dikurung malah berhasil melarikan diri dan ketika pulang siap untuk dihukum. Teman main saya kebanyakan laki – laki karena saya selalu berantem dengan teman perempuan. Pemberontakan – pemberontakan kecil saya tersebut memang bermula dari ketidakmampuan saya menerima kenyataan, bahwa ketika sebagian besar teman saya masih memiliki ayah dan ibu, namun saya tidak dan saya tidak memiliki jawaban yang cukup memuaskan untuk ukuran anak seusia 7 – 8 tahun mengapa ayah dan ibu meninggal dunia. Di makam pun kerap saya tak mengerti mengapa orang – orang berdoa di depan gundukan tanah dengan batu nisan bertuliskan nama orang yang meninggal.
Nenek saya nyaris putus asa karena saya selalu berantem dengan teman – teman perempuan. Lalu suatu siang saya dikurung di kamar bersamanya, lalu beliau memutar musik klasik Beethoven, memberi saya kertas dan pensil, menyuruh saya menulis, menggambar, apa saja. Beliau duduk di depan saya, menunggu. Saya mencoret, menulis, menggambar, apa saja dan ternyata justru kegiatan tersebut mengasyikkan. Lama – lama saya jadi agak malas main keluar. Siang hari, saya lebih suka berada di dalam kamar ( dengan musik ajaib Beethoven ) menulis, itu awal saya memiliki buku harian ( saya merasa seolah – olah Tuhan mendengar semua keluh kesah saya melalui tulisan saya ). Saya menulis apa saja, kesedihan saya, kegembiraan saya, harapan dan doa saya bahkan saya menulis cerita teman – teman saya. Sesekali saya memang keluar main, namun tidak lagi seliar dulu. Ketika nenek menyerahkan saya kepada ustadz untuk belajar mengaji saya tidak lagi protes.
Kalau ingat saat itu, saya jadi berterima kasih kepada nenek yang telah berusaha keras untuk ’menyembuhkan’ saya. Setiap kali saya ingin menjadi ’pemberontak’ seperti dulu, saya melampiaskannya dengan menulis.
Saya memang awam tentang ilmu jiwa, psikologi dan hal – hal yang berhubungan dengan terapi jiwa, namun saya berharap, dengan menulis pengalaman –pengalaman saya termasuk beberapa kisah perjalanan saya, yang membacanya bisa merasa terhibur, syukur kalo ternyata bisa memberikan inspirasi dan motivasi. Saran seorang teman yang ingin blog saya memuat banyak artikel tentang motivasi diri juga saya dengarkan, meski belum sempat saya posting ke blog.
Thanks a lot guys………


Saturday 1 December 2007

ASHIKAGA GAKKOO,THE OLDEST SCHOOL IN JAPAN



Known as Japan’s oldest university, Ashikaga School is presently a national historic site. Ashikaga Gakko is in Ashikaga City, Tochigi Prefecture, approximately 70 kilometres north of Japan’s capital city, Tokyo, the school brings to mind the majestic appearance of the Japan of days past. Furthermore, in 1990, several huge wooden buildings of the old Ashikaga School were restored.Some historians say that Ashikaga School was founded by Onono Takamura, a great scholar and courtier in the beginning of the Heian period ( 794 – 1185 ) The principal was a Zen priest from generation to generation. Confucianism, the science of divination, Chinese medicine and so forth were taught there. Seibyo ( temple of Confucius ) Nyuutokumon ( gate ), the school gate and Kyodanmon ( gate ) are the only traces of the now defunct school, where stands a library housing a number of ancient documents ( national treasures )

Putriku, malaikatku



Kahlil Gibran pernah berkata, kita tak akan pernah tahu betapa kita sangat mencintai seseorang sebelum kita kehilangan dia. Saya memang terlalu sering kehilangan, sejak kecil. Mulai dari kehilangan kedua orang tua ketika saya baru berusia 4 tahun, nenek, kakek, paman dan teman - teman. Namun tak ada yang seberat saya rasakan ketika saya kehilangan putri saya tercinta Fitria Jenie. Orang lain mungkin bilang saya perempuan tangguh yang terlihat tegar ketika harus mengurus pemakaman putri saya yang baru berusia 17 bulan, namun saya tetap seorang ibu yang kadang kala belum bisa menerima kepergiannya yang terlalu cepat. Saya masih ingin bersamanya, mengasuhnya, melihatnya tumbuh dewasa seperti ibu – ibu yang lain. Saya suka mengamati Grace yang baru berusia 1,5 tahun, putri tetangga sebelah sedang belajar berjalan dan berbicara.
Terlalu singkat rasanya saya mengasuhnya, bahkan mungkin tak sebanyak waktu yang dihabiskan oleh Fitri bersama pembantu saya. Kadangkala saya merasa iri dengannya, saya yang mengandung dan melahirkannya, namun putri saya lebih banyak menghabiskan waktunya bersama orang lain.
Namun saya juga bersyukur, meski kehadiran Fitri terlalu singkat, dia telah membuat saya sadar akan banyak hal, termasuk untuk menghabiskan waktu lebih banyak dengan orang – orang tercinta karena kita tidak pernah tahu sampai kapan kita mendapat kesempatan untuk melihat dan bersamanya.
Saya masih sering memimpikannya dan seolah –olah itu kenyataan, saya masih bisa merasakan kehadirannya di rumah, saya masih bisa mencium bau bedak dan sabun bayi, masih melihat beberapa mainannya, bahkan fotonya masih saya pajang. Saya masih sering merasa bersalah karena tak bisa memberikan yang terbaik untuknya, dengan sakitnya yang berat kadang – kadang saya merasa terbebani karena harus membagi waktu antara bekerja dan merawatnya. Saya sangat menyayanginya karena hanya Fitri yang bisa menghibur ketika saya merasa suntuk dengan pekerjaan, dengan teman – teman yang kadang menjengkelkan, atau ketika saya kesepian saat suami jauh dari rumah. Kadang – kadang saya memang curhat dengan beberapa sahabat, namun saya menyadari bahwa mereka pun sebenarnya juga memiliki banyak masalah, egois rasanya kalau saya selalu meminta perhatian dan waktu mereka.
Rasanya saya ingin berteriak, mau gila saja. Suatu sore ketika saja mengunjungi makam Fitri dan berdoa untuknya, saya merasa dada saya penuh, antara ingin menangis dan berteriak, tapi yang saya lakukan hanya terdiam, bengong. Lalu tiba – tiba saya seperti merasa kehadiran Fitri di samping saya, menggenggam tangan saya dan berkata bahwa saya harus kuat meraih cita – cita dan keinginan saya untuk tetap menulis. Saya memang absen lama tidak meng-up date blog saya, merasa patah semangat. Seolah Fitri berkata, bahwa kepergiannya adalah memberi kesempatan kepada saya untuk menjadi seseorang yang lebih baik, lebih sabar, lebih dekat dengan Tuhan dan mengingatkan akan cita – cita saya yang sempat tertunda. Fitri, saat nanti kita bertemu di akhirat, apakah kamu masih mengingat saya sebagai ibumu ?
Soul therapy, itu judul blog saya yang baru, karena saya memang memerlukan menulis untuk menyembuhkan semua luka jiwa saya. Saya hanya ingin berbagi tanpa berkesan terlalu mengeluh karena saya juga tahu bahwa hidup itu berat dan tak mudah, maka curhat saya pun berganti media, sekaligus barangkali bisa menjadi pencerahan bagi yang membacanya. Saya memang telah kehilangan namun sekaligus saya juga menemukan.
Untuk para sahabat, jangan pernah menunda untuk mengungkapkan kasih sayang kalian pada mereka yang anda kasihi dan sayangi. Karena waktu tak akan pernah bisa kembali.

Dream Book – to Make Your Dream Come True

I like to write everything. And I want to make my dreams come true. Then I create THE DREAM BOOK. My dream book helps me to make it true when I read my dream book I always imagine what step I should take to make it true. Let me explain how it works. Previously, I did not believe that by writing my dreams on a book, you will keep in your mind how to reach your dream one by one, step by step. But I do proved it. My husband called it ‘PSYCHO CYBERNOTIC’, whatever he called it ;-))My first dream is I WANT TO BE A NOVELIST. I made a copy of my favourite novel’s cover ( It was Sidney Sheldon I choosed for my dream book ), She is one of my favourite novelist when I was in the senior high school. Though the magazine never published my story, I keep writing poems and story because everytime I read my dream book, I believe that someday a magazine will published it. In year 2003, my dream come true, a young famous novelist, Eka Kurniawan published my story together with his story in one booklet “Sirkus Senyum”. Though I got nothing, I did not got royalty but I was happy. I know I can do and I believe it. In year 2005, I won writing competition which held by local government and I became runner up with my writing “Saving Energy, why not ?”.And now I have my own blog, my online book, every one can read it, post any comments if any , also he or she can enjoy the photo gallery which contents great moments I got from my traveling.My second dream is I WANT TO BE A GOOD ORGANIZER , this is part of my job and I had proved to my previous bos ( now he moved to Slovakia ) that I can do what he wants me to do. I became an organizer for cutting dies warehouse lay out project, for special production support project and as of today as organizer for Technical Issue of Achilles Corporation. My third dream is I WANT TO GO TO JAPAN. I almost become desperate person when I failed to pass the Monbusho Scholarship ( a scholarship which provide by Japan Education Ministery ). I buried my dream to go to Japan until one day when there was Asian Conference in the office, Mr. Umezawa the General Manager of Ecco-Achilles Factory in Japan and Mr Flemming Larsen the President Director of Ecco Indonesia decided to give me opportunity to have Technical Training in Achilles Factory in Japan. I could not speak any single word, I could not believe it, until Mr. Umezawa said “this is real” and he smiled at me. I was an unimportant staff then suddenly Mr. Flemming Larsen asked me to join that Conference. On May 2004, I went to Ashikaga where Achilles Factory lies and got Technical Training for 2 weeks. Also, I did Market research at Tokyo ( Ginza, Shinjuku etc ).My fourth dream is I WANT TO HAVE A NOTE BOOK , a laptop I bought when I was in Japan, not new one ( my friend who live in Tokyo bought it for me from Akihabara, thanks mate ) but it is good enough to save my data, play my favourite CD etc. A COMPAQ ARMADA 1500 with Intel Celerone inside.See….all of my dreams come true. One of my dream….I put my best friend GMAT photo and I do hope that someday I can meet him. He is a good guy, wise and funny.Hmmm….my next dream ? I just thinking what’s next ;-))

Code of the Samurai – is it Relevant Today ? –


I was impressed after reading 2 great novels of Eiji Yoshikawa, MUSASHI and TAIKO. Then somebody gave me a bilingual handbook about BUSHIDO written by Nitobe Inazo. It’s really complicated book but very interesting . Nitobe Inazo said in his book, ( 武士道は、日本を表徴する桜の花と同じように、わが国土の固有の桜である。その花は、ひからびた古代道徳の標本となって、わが国の歴史の中に保存されているというわけではない。それは現在でもなお、その力と美をもって、わが民族の心の中に生きつずけている。武士道は明白な形態はとらないが、それにもかかわらず、その道徳的雰囲気の香りは、今なおわれわれに力強い感化をあたえている。) Bushido is a flower no less indigenous to the soil of Japan than its emblem, the cherry blossom; nor is it a dried-up specimen of an antique virtue preserved in the herbarium of our history. It is still a living object of power and beauty among us: and if it assumes no tangible shape or form, it not the less scents the moral atmosphere and makes us aware that we are still under its potent spell .And I do believe that these codes of samurai are relevant today, you will realize it ,especially when you have close relationship with Japanese People. Below is the summary from some books I read about Bushido and Samurai. I hope you are all will enjoy it THERE ARE 3 GREATEST SAMURAI AND WARLORD IN JAPAN, NOBUNAGA, HIDEYOSHI AND IEYASU. WHEN ONE QUESTION TO BE ASKED TO THEM, WHAT WILL THEY DO IF THE BIRD DOES NOT WANT TO SING, THEY REPLIED :NOBUNAGA : KILL THE BIRD !HIDEYOSHI : MAKE THE BIRD SING !IEYASU : WAIT !( TAIKO – EIJI YOSHIKAWA )

1. KEEP DEATH IN MIND ALL TIMES, every day and every night , from the morning of New Year’s Day through the night of New Year’s EveIf people comfort their minds with the assumption that they will live a long time, something might happen, because they think they will have forever to do their work and look after their parents – they may fail to perform for their employers and also treat their parents thoughtlessly. But if you realize that the life that is here today is not certain on the morrow then when you take your orders from your employer and when you look in on your parents, you will the sense that this may be the last time- so you can not fail to become truly attentive to your employer and your parents. In any case when you forget death and become inattentive, you are not circumspect about things. You may say something offensive to someone and get into argument. You may challenge something you might as well have ignored and get into a quarrel.Or you may stroll about in resorts where you have no business, not avoiding crowds, where you might bump into some oaf and get into an unexpected brawl. You could lose your own life, get your employer bad publicity and cause your parents and siblings difficulties. All this trouble comes from inattentiveness when you fail to keep death in mind at all times.When you always keep death in mind, when you speak and when you reply to what others say, you understand the weight and significance of every word as a warrior by profession, so you do not engage in futile arguments.People of all social classes, high and low, constantly overeat, drink too much and indulge in their desires to an unhealthy degree, all because of forgetting about death. This puts a strain on their internal organs, so they may die remarkably young or else become sickly or invalid. When you always keep death in mind, even if you are young and healthy, you already know how to take care of yourself. You moderate food and drink, avoid sexual addiction and behave prudently.When you assume that your stay in this world will last, various wishes occur to you and you become very desirous. You want what others have and cling to your own possessions, developing a mercantile mentality.The question now is HOW TO KEEP DEATH IN MIND ?The Idea is to take care of your public and private duties day and night and then whenever you have any free time when your mind is unoccupied, you think of death, bringing it to mind attentively. It is said that in the great hero Kusunoki Masashige’s instructions to his son Masayuki, he told him “ always get used to death”( TAIKO-EIJI YOSHIKAWA )


2. EDUCATIONWarriors stand in a position above the other three castes and are supposed to be professional administrators, so they need to study and gain an extensive understanding of the principles of things.


3. FAMILIAL DUTY For warriors, taking good care of parents is fundamental. If people do not care for their parents, they are not good, even if they are exceptionally smart, well-spoken and handsome.In the way of warrior ( Bushido ), it is essential to do right from root to branch. If you do not understand the root and branch, there is no way for you to know your duty. Parents and employers, familial duty and loyalty – these differ only in name, for there is no difference in the sincerity of the heart. If a man who is not caring toward his parents at home does go into the service of a lord, he keeps his eyes on his employer’s balance sheet and as soon as he sees any little slip his attitude changes: in an emergency he will flee or turn traitor. These are cases like this past and present; this is something to be ashamed of, something to be wary of.(note : it may explain one of the reason why the turn over of employees in Japanese Company is not so high as in other place, the loyalty is the reason )4. PRINCIPLES OF WARRIORS ( BUSHIDO )In the code of warriors there are two kinds of principles with four level. Two kinds of principles are ordinary principles and emergency principles. The ordinary principles include principles of knighthood and principles of weaponry. The emergency principles include army principles and combat principles.The principles of knighthood include washing your hands and feet and bathing morning and night, keeping your body clean, shaving and dressing your hair every morning, dressing formally according to the season and circumstance, and always keeping your fan in your belt, not to mention your long and short swords. When dealing with guests, you treat them courteously according to their status and avoid useless talk. Even when you partake of a bowl of rice or a cup of tea, you are always careful not to be slovenly.As for the principles of weaponry, the first thing to learn is swordsmanship, then lancing, riding, archery, shooting and any other martial arts. Your duty is to study, practice and master them, so you can be ever ready with them.Once you have cultivated these two levels, the principles of knighthood and the principles of weaponry, you lack nothing in the way of ordinary principles. In the eyes of ordinary people you will seem like a good warrior, worthy of employ. However, warriors are fundamentally emergency men. When there is a civil disturbance, they set aside their usual knight ways for the moment, adopt military terminology for their superiors, comrades and subordinates, doff their formal suits and put on armor, take up weapons and head for the enemy’s ground. These are all sorts of manners and forms of doing this collectively referred to as army principles.Next are combat principles. When your enemies and allies clash in battle, if your dispositions and maneuvers work as planned, you gain victory; otherwise, you lose the advantage and suffer defeat. There are traditional secrets to these various maneuvers and dispositions; these are called combat principles.A warrior who has cultivated the four levels of ordinary and emergency principles to perfection is considered a top class knight. If you have accomplished the two levels of ordinary principles, you are competent for service as a knight, but if you have not mastered the two levels of emergency principles, you can not be a samurai commander, a group leader, a magistrate or anything like that.

Thursday 29 November 2007

Bintang dan Kegelapan

Kadang-kadang kalau sedang nggak ada kerjaan aku sering berpikir sambil memandang bintang dan kegelapan di atas sana. Mana yang lebih berarti dari mereka ? Bintang atau kegelapan itu ?
Pikiranku nakal melompat-lompat seperti bocah ingusan bermain dalam hujan. Barangkali bintang itu tak memerlukan kegelapan karena apapun yang terjadi bintang tetaplah bintang, bersinar karena punya kemampuan mengeluarkan cahayanya sendiri ( meski tak terlihat pada siang hari karena matahari yang angkuh itu ). Kupikir kegelapan tak memerlukan bintang untuk membuatnya lebih berarti. Kegelapan membuat kita menghargai sekecil apapun cahaya.
Kemudian aku beralih memikirkan dia. Seorang laki-laki biasa yang kutemui tanpa peristiwa yang luar biasa. Ia menyapaku, memperkenalkan diri dan berceloteh tentang pantai, karang dan semiotik, Cahiril Anwar, Gibran dan bla bla bla, mengganggu kesendirianku di pantai itu, tiga tahun yang lalu. Anehnya aku menatapnya penuh kekaguman ( tanpa bermaksud memasukkannya ke dalam hatiku ), melayani ajakannya berdiskusi. Dia semakin dekat denganku. Mungkin karena aku membiarkannya masuk begitu saja seperti bonek, supporter bola yang sering masuk ke stadion tanpa tiket lalu berteriak seenaknya memekakkan telinga. Dia memang bukan bonek, tak hobi nonton bola dan tak suka berteriak, tapi kehadirannya tanpa permisi telah mengubah hari-hariku yang kelabu dan selalu sedih menjadi lain ( atau malah lebih berantakan ? ).
Akhir-akhir ini aku sering memikirkannya. Lebih sering dari biasanya. Lazimnya aku memikirkan dia sangat bangun tidur pagi hari, sedikit waktu kala jam makan siang kantor dan semenit menjelang tidur. Kadang-kadang aku menelpon, mengirimi email atau membalas suranya via pos. Tapi kali ini lain. Aku sangat memikirkannya. Bukan rindu seperti biasanya, juga bukan untuk membayangkan senyumnya yang memabukkan atau bahunya tempat aku bersandar bila aku mulai ngantuk dan lelah dengan beban pekerjaan yang berat dan menjemukan. Bukan.
Pekerjaan “memikirkan dia lebih dari biasa” itu mulai kulakukan setelah pada suatu petang di sebuah kafe dia berkata padaku “aku ingin melamarmu jadi istriku”. Datar, sedatar juru masak ganteng di televisi mengatakan ‘setelah angkat, tiriskan..”. Entah apa maksudnya berkata dengan nada sedatar itu, apakah dia hendak mempermainkan aku, aku tak yakin. Dan aku tak tahu harus menjawab apa, tampangnya polos, jauh dari romantis dan aku tersenyum bodoh seperti gadis ingusan. Kemudian hari-hari berlalu tanpa ada jawaban yang pasti dariku. Kami tak sering bertemu, perjumpaanku dengannya tak pernah lebih dari jumlah jadi tangan, hanya surat-suratnya yang makin memenuhi kotak penyimpan surat. Aku selalu menyediakan tempat khusus untuk surat-suratnya.
Aku mencintainya ? Kurasa memang benar aku mencintainya. Aku menerima segala kelebihan dan kekurangannya seperti halnya dia menerimaku apa adanya, aku memberinya semangat dan perhatian, menemaninya, setidaknya aku ingat tanggal kelahirannya, hobinya, teman-teman dekatnya dan lain-lain.
Bagaimana ku mencintainya ? Itu juga sungguh tak bisa kumengerti, segalanya berjalan begitu saja seperti artis sinetron yang berimprovisasi tanpa menghiraukan skenario yang dibikin. Spontan. Kurasa dia juga demikian.
Yang kini kupikirkan adalah apakah aku membutuhkan dia ? Kadang-kadang egoku sering mengatakn ‘kau tak membutuhkan siapapun termasuk laki-laki itu”. Tapi sisi keperempuan-an ku yang lemah berbisik “kau membutuhkannya” Dan bila egoku yang menang aku akan membayangkan diriku seperti Xena, cewek jagoan yang perkasa dan berani menghadapi lawan-lawannya yang kebanyakan berjenis kelamin laki-laki seorang diri. Tak berminat pada seks dan kewajiban bereproduksi, walau dalam salah satu episode Xena dikisahkan memiliki anak hasil hubungan dengan Ares, si dewa perang Yunani. Dan aku suka sekali membayangkan diriku seperti Xena , bukan karena aku bisa memainkan peadang, melempar cakram ataupun menendang lawannya yang kebanyakan kaum adam itu, tapi semangat, kemandirian dan kemampuannya bertahan hidup.
Sejak kecil aku telah kehilangan kedua orang tua. Bapak dan ibuku meninggal dunia dalam selisih waktu yang tidak terlalu lama. Saat itu aku baru berumur lima tahun. Bagiku itu adalah kehilangan cinta yang terbesar dalam hidupku. Bertahun lamanya aku mencoba bertahan menerima kenyataan ini. Kuanggap ini adalah sebagian dari kekuranganku.
Berpikir kembali tentang Xena, tentang “the independent woman” , “apakah aku harus menikah ?” membuatku berpikir tentang alasan kebanyakan orang memilih menikah daripada melajang. Karena cinta ? Bagaimana kalau suatu saat nanti aku tak lagi mencintainya dan diapun lelah mencintaiku ? Karena kesamaan minat ? Kalau suatu hari kami berbeda pendapat dan tak lagi sejalan, apakah perkawinan kami dapat dipertahankan ? Karena aku membutuhkannya ?Sebagai apa ? Pelindung ? Bodyguard ? Yang akan menjagaku dari segala marabahaya ? Sebagai suami yang memberiku nafkah lahir dan batin ?. Aku kan bisa cari duit sendiri, aku toh bisa menjaga diri, tapi aku tak cukup punya nyali untuk menjadi seorang lesbian ! Ataukah perkawinan hanya sekedar pemuasan kebutuhan “itu”, lalu perselingkuhan akan merajalela dengan dalih pasanganya tak pernah bisa berhasil memuaskan hasratnya.
Dan bila khayalanku tentang Xena mulai kumat, aku akan dengan angkuh menolak ajakannya, tak membalas surat-suratnya, tak menelepon atau berlagak dingin kalau dia menelepon, tak mengiriminya email, menyingkirkan foto dan barang-barang yang mengingatkanku padanya. Tapi aku masih berusaha menjaga perasaanya meski aku harus mengiriminya greeting dengan rasa rindu yang hambar. Menyibukkan diri dengan pekerjaan hingga larut malam atau menerima ajakan nonton atau lunch teman pria sekantor. Benar-benar independent. Aku pun biasa mengambil keputusan sendiri. Perselingkuhan ? Kurasa tidak. Aku tak pernah memberi kepastian sikap pada teman-teman pria yang mengajakku pergi, aku lebih suka berjalan apa adanya tanpa harus mengikatkan diri denganku, terserah, setelah ini dia mengajak teman lain. It’s oke, I have my own life.
Suatu saat aku merasa rapuh, mungkin kali ini sisi ke-perempuan-anku yang berbicara. Aku membutuhkan dia ketika aku mulai lelah dan kesal dengan beban pekerjaan dan orang-orang yang menyebalkan yang sering menikamku dari belakang seperti pengecut berwajah malaikat. Dia selalu menghiburku, selalu ada di saat aku membutuhkannya, menyayangiku dengan kasihnya yang berlimpah. Kadang-kadang dia seperti orang tua yang bijaksana memberiku beragam petuah yang anehnya selalu aku turuti. Kadang-kadang dia seperti seorang ustadz yang sering berkotbah tiap hari jum’at menunjukkan jalan ke surga. Tapi dia juga bisa seperti seorang teman yang baik, mendengarkan keluhanku, memberiku solusi dan kadang-kadang materi. Kalau sudah begitu aku akan setengah mati merindukannya, meneleponnya, mengiriminya email dan sebagainya, seolah aku gadis ingusan baru berumur tujuh belas yang sedang jatuh cinta untuk pertama kali. Aku akan mengabaikan ajakan dinner dan nonton dengan teman-temanku, memilih menghabiskan waktu denganya berdiskusi, membaca buku dan puisi, nonton atau sekedar berjalan-jalan di taman kota bila dia punya banyak waktu untuk berkunjung ke kotaku. Lebih sering aku menulis surat yang panjang berkisah tentang banyak hal bila dia tak bisa datang.
Kebutuhan. Mungkin identik dengan segala sesuatu yang kita inginkan atau pernah hilang dalam hidup kita. Apa yang kurasakan ketika dia ada di saat-saat yang paling kubutuhkan adalah aku merasa dicintai, disayangi dan dihargai ( sesuatu yang pernah terampas dari masa kanak-kanaku ). Dan aku butuh itu. Ini adalah sisi ke-perempuan-an ku yang tengah berbicara, biarlah, aku kan perempuan. Bila dia menjadi suamiku kelak, aku akan bisa melihatnya tiap hari di sampingku, aku akan banyak bicara dengannya, ada tempat buatku berbagi beban hidup, teman diskusi yang asyik, yang akan mengawalku kemana aku pergi. Tapi akan lebih rumit lagi bila pikirannku kemballi nakal berujar “kalau aku sudah tak butuh dia lagi, bagaimana ?”
Mengapa Tuhan menciptakan bintang dan kegelapan ? Karena Tuhan tahu mereka saling membutuhkan, betapapun angkuh kegelapan itu.
Sda, April 2001


Antara Cinta dan Kepentingan


Semasa kuliah dulu, saya sering punya guyonan lucu. Bukan apa –apa, karena saya tipe orang aneh kata teman –teman, jalan pikiran saya kadang – kadang bikin orang yang mendengarnya terperangah. Seberapa anehkah saya ? Nggak segitu anehnya sih, saya cuma suka baca buku sastra, puisi dan filsafat ‘pop’ ( dibilang pop karena saya suka yang instant dan tak berbelit – belit ), agak penyendiri tapi juga nggak kuper – kuper amat、penggemar berat kartun Jepang, punya banyak teman laki – laki yang statusnya bukan pacar saya dan sedikit tomboy.


Bagi para jomblowati, hari sabtu adalah sebuah siksaan, maksudnya, jadi korban ledekan teman – teman yang sudah duluan pergi kencan bersama pacar. Sementara buat saya sabtu malam atau malam lainnya sama saja, karena meskipun saya punya pacar tapi jarang kencan. Pacaran cuma lewat surat dan telpon, pokoknya jadul ( jaman dulu ) banget. Bertemu sekali setahun pun sudah bagus. Ini point tambahan yang membuat saya disebut orang aneh. Karena cuma Kahlil Gibran dan May Ziadah yang punya gaya pacaran seperti saya dan bertahan sampai seumur hidup mereka. Sabtu malam merupakan malam produktif saya, karena saat itulah saya bisa ngapain saja, menulis di kamar atau membaca buku , mendengarkan para jomblowati berkeluh kesah kenapa sampai detik itu belum juga punya pacar, yang punya pacar dan kebetulan sedang berantem sesekali curhat pada saya, kalau lagi banyak duit surfing dan chatting di warnet kampus.


Kata saya, sebenarnya, ketika kita jatuh cinta dengan seseorang, saat itu juga kita punya kepentingan dengannya. Jadi sama dengan politik, semakin banyak kepentingan semakin kita mencintainya. Pendapat saya ini tentu saja memperoleh banyak sanggahan, bahkan salah seorang teman melempar bantal ke arah saya ( untung cuma bantal, bukan pisau ). Saya juga tidak mempercayai adanya cinta abadi di dunia karena yang benar adalah kepentingan abadi. Cinta kok dipolitisir, gitu kata teman saya. Tapi bener kan ?.. Cinta abadi cuma milik Tuhan kepada hambaNya ( vice versa ).


Waktu itu saya meledek salah seorang teman saya. Waktu masih jomblowati dia ingin punya pacar yang bisa nganterin dia kemana saja, lumayan ngirit ongkos dan punya pengawal gratis. Maka dia jadian dengan si pacar yang bersedia nganter jemput seperti supir pribadi. Ternyata lama – lama temen saya ini bete juga karena biarpun sang pacar super duper setia si pacar juga seorang pencemburu berat. Si pacar mau nganter jemput karena dia pengen tahu banget dengan siapa temen saya bergaul, berantemnya sering karena ternyata temen saya punya banyak teman laki – laki walaupun mereka benar – benar cuma teman biasa, lagipula ternyata si pacar adalah tipe anak manis yang agaknya kurang cocok bergaul dengan temannya teman saya. Akhirnya mereka putus.


Ada juga teman lain yang pacaran karena yakin si pacar yang bisa menyelamatkan dia dari kecanduan rokok. Kebetulan teman cewek satu ini agak badung karena memang berasal dari keluarga broken home. Untung si pacar baik hati jadi teman saya ini nggak dimainin.


Saya mengenal seseorang yang sudah punya misi dan visi ke depan waktu masih pacaran.
Mungkin aneh, karena teman lain pas pacaran cuma melulu mengurusi masalah romantisme, tapi dia sudah berbagi misi dan visi ke depan. Demi misi dan visinya dia membutuhkan cewek yang tough, tahan banting dan mandiri meski dengan kemampuan akademik rata - rata. Katanya, dia suka cewek yang bisa dibawa hidup susah ( walah… ) dan nggak risih kalau di ajak nongkrong di angkringan.


Cinta dan nafsu kadangkala susah dibedakan dan cinta terlalu mudah terkikis bersama perjalanan waktu apalagi cinta yang tumbuh dari ketertarikan fisik, dia berpendapat bahwa cinta bukanlah lem perekat yang erat untuk sebuah hubungan. Kesamaan misi dan visi itu yang lebih utama. Kalau kalian bertanya padanya apakah dia mencintai pasangannya maka dia akan garuk – garuk kepala setengah bingung. We prepared the marriage not the wedding.

Dream Book – Menulis Masa Depan

Ketika kuliah, saya sering mengamati kebiasaan seseorang. Dia suka sekali menulis dan menempelkan kertas berisi cita – cita dan harapan dia di mana – mana, di lemari, di tembok meja belajarnya, di dinding dan sebagainya . Dia juga punya semacam ‘dream book’ berisi tentang peta hidup dan harapan – harapannya.
Selama ini sejak saya SD hingga sekarang, saya memang punya buku harian, namun tak pernah menuliskan apa cita – cita saya, impian saya dan harapan – harapan saya agar sukses dalam hidup. Saya memang suka menulis, namun hanya cerita sehari – hari dan puisi. Lalu dia memberi saya buku tentang Psycho Cybernotic dan menyuruh saya membacanya. Kata buku itu, kita adalah apa yang kita tulis, kalau kita punya cita – cita, harapan dan keinginan, tulis saja, karena kita juga tak bisa mengandalkan melulu otak untuk mengingat. Dengan menulis harapan dan cita – cita kita akan makin termotivasi untuk mewujudkannya. Sering kali kita lupa akan cita –cita, lelah dengan beban kerja dan hidup. Lalu di saat senggang kita membaca lagi ‘dream book’ kita, semangat baru pun kembali datang dan jangan terkejut bahwa kita akan mendapatkan inspirasi, ide – ide segar untuk meraih dan mewujudkan cita – cita dan harapan kita.
Agak ragu waktu saya mencobanya. Namun saya pikir tidak ada salahnya. Saya membeli buku jurnal yang bagus dan mulai menulis semua keinginan saya. Salah satunya, waktu itu saya baru saja lulus kuliah dan sedang mencari kerja. Ketika saya membaca koran dan melihat iklan lowongan pekerjaan saya pun memasukkan aplikasi. Setelah itu saya gunting iklan lowongan kerjanya dan saya tempel di ‘dream book’ saya, selama menunggu panggilan saya selalu sempatkan diri membaca ‘dream book’ tersebut, selain keinginan agar segera mendapatkan pekerjaan, saya juga menulis impian saya yang lain, misalnya ingin pergi ke Jepang ( saya menempel foto seseorang yang sedang berpose di Yasuda Hall of Tokyo University ), saya juga menempel gambar laptop dari sebuah majalah karena saya ingin mengganti PC saya yang cuma pentium 2. Rasanya saya hampir tak percaya sewaktu saya diterima kerja di tempat tersebut. Satu persatu saya meraih impian saya, misalnya setelah 2 tahun bekerja, akhirnya saya berkesempatan bisa pergi ke Jepang karena perusahaan mengirim saya untuk program training, sekaligus membeli laptop bekas seharga hanya 850 ribu rupiah bila dikonversi dari yen ke rupiah dalam kondisi yang masih sangat bagus. Di sini, laptop bekas dari Jepang biasanya paling murah seharga 2.5 - 3 juta rupiah.
Memiliki ‘dream book’ kesannya jadi menulis masa depan kita sendiri, bukannya bermaksud ‘mendikte’ Tuhan namun sejalan dengan pemikiran bahwa tidak ada yang mampu mengubah nasib seseorang selain dia sendiri. Tuhan hanya akan mengabulkan do’a dan keinginan kita. Menulisnya, membuat kita lebih fokus.