Pemesanan Produk Oriflame :
Hubungi saya, NIKEN via SMS/Whatsapp Msg di 085643172023, Telp : 08885210403

Cara Order : SMS kan nama atau kode barang dan jumlah beserta alamat pengiriman. Jumlah total pembayaran termasuk ongkir akan diinformasikan.

Barang yang dipesan akan dikirim sesuai alamat yang anda berikan setelah melakukan transfer melalui rek BCA.

Harga berubah sesuai Katalog terbaru.

#KELUHAN TENTANG PEMAKAIAN PRODUK YANG DIBELI SELAINDAI BLOG, SILAHKAN DITUJUKAN KE COSTUMER CARE ORIFLAME CABANG TERDEKAT

Sunday, 3 February 2008

Buku Laskar Pelangi oleh Andrea Hirata


Sewaktu saya masih di SD, saya memiliki buku favorit yang benar – benar membuat saya terinspirasi untuk menjadi seseorang yang kuat, tegar, bahagia meski dengan kondisi yang serba kekurangan namun selalu penuh syukur. Buku – buku itu adalah Keluarga Cemara karya Arswendo dan Padang Ilalang Di Belakang Rumah Kami yang ditulis oleh NH. Dini. Bersama kawan karib saya, biasanya saya menghabiskan waktu di perpustakaan kecil sekolah. Dia adalah Awan, yang suka sekali membaca buku – buku sains dan sangat cerdas, karena itu tak heran bila dia mendapat beasiswa S2 bahkan S3 ke Jepang dari Panasonic.
Buku Laskar Pelangi yang ditulis oleh Andrea Hirata kurang lebih memiliki kemiripan dan genre yang sama dengan buku – buku di atas yang menceritakan perjuangan dan pengalaman masa kecil yang indah, sedih sekaligus mengesankan. Selain buku – buku di atas, karena pengaruh Awan ( seorang teman yang kini tinggal di Jepang ) saya menggemari cerita – cerita petualangan Lima Sekawan.
Buku Laskar Pelangi menceritakan kehidupan sepuluh orang anak kampung yang tinggal di Pulau Belitung yang bersekolah di sebuah gedung sekolah kampung yang nyaris roboh. Namun dengan kesederhanaan dan segala keterbatasan tersebut mereka tetap menjalani hidup dengan optimisme kanak – kanak yang mencerahkan.
Saya kadang – kadang bertanya – tanya, seperti inikah cermin pendidikan bangsa kita ? Di satu sisi kita memanjakan beberapa golongan dengan membanjirnya fasilitas yang bisa mempermudah hidup mereka seperti mobil dan rumah dinas serta berbagai tunjangan hidup lainnya di luar gaji pokok, namun di sisi lain kita mengabaikan fasilitas – fasilitas pendidikan yang sebenarnya merupakan aset masa depan bangsa kita. Bagaimana kita bisa menjadi bangsa yang sukses seperti Cina dan Jepang kalau pendidikan kita tak pedulikan. Fasilitas tidak hanya melulu secara fisik berupa bangunan gedung, namun juga beasiswa untuk membantu anak – anak yang kurang mampu secara finansial.
Saya ikut sedih melihat Lintang yang tidak bisa melanjutkan sekolahnya padahal dia adalah anak jenius yang terlahir dari keluarga miskin di pesisir Pulau Belitung. Saya mengagumi semangatnya bersekolah meski dia harus menempuh jarak pulang pergi sejauh 80 km dengan mengendarai sepeda butut dan harus melintas sungai yang penuh dengan buaya. Betapa sedihnya saya bila membandingkan dengan anak – anak muda sekarang yang terlahir dengan kondisi berkecukupan namun malas belajar. Saya pun ikut terbawa khayalan liar Mahar, tokoh anak yang punya bakat dalam bidang seni dan hal – hal berbau klenik. Bahkan saya pun ikut tertawa ketika Tulak Bayan Tula seorang dukun terkenal yang dimintai tolong oleh Mahar dan Flo agar nilai rapornya bagus namun sang dukun malah menjawab “ Bila ingin pintar, buka buku, belajar”. Ada banyak pengalaman – pengalaman lucu, menarik, kadang membuat saya terharu, menangis bahkan tertawa ketika membaca buku ini.
Dari buku – buku di atas, seolah saya sedang membaca buku tentang pengembangan diri yang inspiratif, mampu menggerakan dan mencerahkan, dahsyat dengan bahasa yang sederhana namun tidak menggurui tapi kaya akan makna. Seperti belajar tentang kehidupan yang bersumber dari kehidupan itu sendiri.
Membaca buku Laskar Pelangi saya bersyukur bahwa nasib saya tidak setragis Lintang, si cerdas jenius yang terpaksa putus sekolah karena kekurangan biaya dan harus menjadi tulang pungung keluarga, meski dulu saya pun harus berjibaku, menerima berbagai macam pekerjaan sambilan agar bisa meneruskan kuliah. Agaknya, tokoh Ikal dalam buku tersebut seperti mewakili saya. Terutama keras kepala dan tekat dia untuk tetap bersekolah. Masih teringat saya, ketika masa kuliah dulu saya nyambi bekerja di sebuah wartel dan rental komputer, mengetik skripsi dan tesis pelanggan hingga jam 2 malam, sementara keesokan harinya saya harus berkuliah. Melupakan masa hura – hura bersama teman – teman, pulang kuliah langsung cabut bekerja hingga malam. Untungnya saya sempat mendapat beasiswa dari The Japan Foundation selama satu tahun yang cukup meringankan beban saya dan keluarga.
Sewaktu saya menonton acara Kick Andy dan Andrea Hirata si penulis Laskar Pelangi diwawancarai oleh Andy F Noya, saya seperti melihat diri saya dalam dirinya. Ada satu titik dalam hidupnya yang membuatnya ingin menjadi penulis, yaitu ketika dia melihat Ibunda Guru Muslimah berpayungkan daun pisang dalam hujan yang lebat dan pergi ke sekolah untuk mengajar murid – muridnya. Dia ingin menulis kisah perjuangan gurunya tersebut. Tepat seperti kata Gde Pramana yang juga hadir dalam acara itu yang mengatakan bahwa buku Laskar Pelangi adalah wujud cinta dan hormat seorang murid kepada gurunya. Sedangkan saya, ingin menjadi penulis ketika kelas 6 SD saya menemukan buku harian almarhumah ibu. Saya ingin menjadi penulis karena menghormati ibu saya yang hanya sebentar saya lihat di dunia ini.
So, read this book and get inspired !!.

No comments: